Sejarah di Balik Krisis Kekaisaran Romawi, Pergolakan Politik Berdarah

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 3 September 2023 | 09:00 WIB
Sejarah di balik krisis Kekaisaran Romawi kuno. (History Skills)

Nationalgeographic.co.id—Tahun Enam Kaisar pada 238 M merupakan simbol meningkatnya krisis dan pertikaian yang menandai kemunduran sejarah Kekaisaran Romawi.

Sejarah Kekaisaran Romawi terkenal karena wilayahnya yang luas dan kaisar-kaisarnya yang perkasa. Mereka mengalami serangkaian perubahan kepemimpinan cepat yang tidak biasa dalam satu tahun kala itu.

Enam orang ini adalah Maximinus Thrax, Gordian I, Gordian II, Balbinus, Pupienus, dan Gordian III - naik takhta secara berurutan, masing-masing mengklaim gelar Kaisar yang bergengsi.

Pergantian yang cepat dan tiada henti ini menunjukkan keadaan Kekaisaran Romawi yang penuh gejolak, penuh dengan konflik internal, ancaman asing, dan meningkatnya ketidakpuasan di kalangan masyarakat dan aristokrasi berpengaruh. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di balik krisis Kekaisaran Romawi?

Maximinus Thrax: Pemerintahan dan Kejatuhan

Maximinus Thrax, seorang prajurit biasa yang awalnya sederhana, memerintah sebagai kaisar Romawi dari tahun 235 hingga 238. Dikenal karena kekuatannya yang luar biasa, Thrax adalah sosok yang tangguh.

Pemerintahannya ditandai dengan kampanye militer ekstensif melawan suku-suku Jermanik dan Sarmatians dan pajak yang besar untuk mendanai perang ini. Namun, pemerintahan yang berfokus pada militer, ditambah dengan statusnya sebagai orang rendahan, menimbulkan kebencian di kalangan elit Roma.

Ketidakpuasan yang memuncak memicu pemberontakan. Tahun Enam Kaisar dimulai dengan berakhirnya pemerintahan Maximinus Thrax. Menghadapi pemberontakan di Afrika dan Senat yang memusuhi dia, Maximinus bergerak menuju Roma tetapi dibunuh oleh pasukannya di luar kota pada bulan Juni 238.

Gordian I dan Gordian II: Pemberontakan Berumur Pendek

Di provinsi Afrika, kebencian terhadap pemerintahan Maximinus memicu pemberontakan. Senator tua yang dihormati Gordian I dan putranya, Gordian II, dinyatakan sebagai kaisar pada bulan Maret 238.

Namun kekuasaan bersama mereka tidak bertahan lama. Setelah mendengar pemberontakan tersebut, Maximinus Thrax mengirimkan kekuatan untuk menghancurkannya. 

Gordian II terbunuh dalam Pertempuran Kartago, dan ayahnya Gordian I bunuh diri setelah mendengar kematian putranya.