Darius Agung, Penguasa Cemerlang dari Kekaisaran Persia Akhemeniyah

By Sysilia Tanhati, Senin, 11 September 2023 | 14:33 WIB
Darius I, juga dikenal sebagai Darius Agung (Darius the Great), adalah raja ketiga di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Di masa kepemimpinannya, Kekaisaran Persia Akhemeniyah mencapai puncak kejayaannya. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id - Darius I, juga dikenal sebagai Darius Agung (Darius the Great), adalah raja ketiga di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Pemerintahannya berlangsung selama 36 tahun, dari tahun 522 hingga 486 Sebelum Masehi.

Di masa kepemimpinannya, Kekaisaran Persia Akhemeniyah mencapai puncak kejayaannya. Darius memimpin serangan militer di Eropa, Yunani, dan bahkan di lembah Indus. Ia menaklukkan wilayah dan memperluas kekaisarannya.

Darius juga meningkatkan sistem hukum dan ekonomi serta melakukan proyek konstruksi yang mengesankan di seluruh Kekaisaran Persia Akhemeniyah.

Naik ke tampuk kekuasaan Kekaisaran Persia Akhemeniyah

Prasasti- prasasti adalah sumber informasi utama yang memberi tahu dunia tentang kehidupan dan pemerintahan Darius Agung. Prasasti yang paling terkenal adalah prasasti tiga bahasa, dalam bahasa Akkadia atau Babilonia, Elam, dan Persia kuno.

Pemerintahannya juga didokumentasikan oleh sejarawan Yunani, Herodotus.

Darius lahir pada tahun 550 Sebelum Masehi, putra tertua Hystapes dan Rhodugune. Prasasti Behistun menyebutkan bahwa ayahnya menduduki posisi sebagai gubernur Baktria dan Persis pada masa pemerintahan Cyrus the Great dan putranya, Cambyses.

Pada masa pemerintahan Cambyses (Kambisus), Darius menemani raja dalam serangan militernya ke Mesir antara tahun 528 dan 525 Sebelum Masehi.

Sebelum berangkat ke Mesir, Cambyses menunjuk Patizithes sebagai penjaga istana kerajaan saat dia tidak ada. Patizithes melihat situasi ini sebagai peluang untuk meraih kekuasaan. Ia mengangkat saudaranya sendiri, Gaumata, sebagai raja palsu dengan nama Bardiya pada 522 Sebelum Masehi. Ia berbohong dengan mengatakan bahwa Gautama adalah saudara Cambyses.

7 bulan Cambyses kembali ke istana dan ia tidak bisa merebut kembali takhtanya. Beberapa sumber sejarah mengatakan dia bunuh diri karena dia tidak mampu mengalahkan raja penipu dan para pendukungnya. “Sumber lain mengatakan dia terjatuh saat perjalanan melalui Ekbatana Suriah atau melalui Damaskus,” tulis Radu Cristian di laman World History Encyclopedia.

Pemerintahan raja palsu itu tidak berlangsung lama. Herodotus menceritakan kepada kita bahwa Phaedymia, putri paman Cambyses (Otanes), mengetahui bahwa penguasa tersebut bukanlah saudara laki-laki Cambyses.

Ayahnya, setelah mengetahui kebenarannya, dengan cepat mengumpulkan sekelompok konspirator. Mereka adalah Hydarnes, Intaphrenes, Megabyzus, dan Darius. Pembunuhan Gautama menyebabkan kekosongan kekuasaan di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Para konspirator harus memutuskan masa depan kekaisaran.