Nationalgeographic.co.id - Darius I, juga dikenal sebagai Darius Agung (Darius the Great), adalah raja ketiga di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Pemerintahannya berlangsung selama 36 tahun, dari tahun 522 hingga 486 Sebelum Masehi.
Di masa kepemimpinannya, Kekaisaran Persia Akhemeniyah mencapai puncak kejayaannya. Darius memimpin serangan militer di Eropa, Yunani, dan bahkan di lembah Indus. Ia menaklukkan wilayah dan memperluas kekaisarannya.
Darius juga meningkatkan sistem hukum dan ekonomi serta melakukan proyek konstruksi yang mengesankan di seluruh Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Naik ke tampuk kekuasaan Kekaisaran Persia Akhemeniyah
Prasasti- prasasti adalah sumber informasi utama yang memberi tahu dunia tentang kehidupan dan pemerintahan Darius Agung. Prasasti yang paling terkenal adalah prasasti tiga bahasa, dalam bahasa Akkadia atau Babilonia, Elam, dan Persia kuno.
Pemerintahannya juga didokumentasikan oleh sejarawan Yunani, Herodotus.
Darius lahir pada tahun 550 Sebelum Masehi, putra tertua Hystapes dan Rhodugune. Prasasti Behistun menyebutkan bahwa ayahnya menduduki posisi sebagai gubernur Baktria dan Persis pada masa pemerintahan Cyrus the Great dan putranya, Cambyses.
Pada masa pemerintahan Cambyses (Kambisus), Darius menemani raja dalam serangan militernya ke Mesir antara tahun 528 dan 525 Sebelum Masehi.
Sebelum berangkat ke Mesir, Cambyses menunjuk Patizithes sebagai penjaga istana kerajaan saat dia tidak ada. Patizithes melihat situasi ini sebagai peluang untuk meraih kekuasaan. Ia mengangkat saudaranya sendiri, Gaumata, sebagai raja palsu dengan nama Bardiya pada 522 Sebelum Masehi. Ia berbohong dengan mengatakan bahwa Gautama adalah saudara Cambyses.
7 bulan Cambyses kembali ke istana dan ia tidak bisa merebut kembali takhtanya. Beberapa sumber sejarah mengatakan dia bunuh diri karena dia tidak mampu mengalahkan raja penipu dan para pendukungnya. “Sumber lain mengatakan dia terjatuh saat perjalanan melalui Ekbatana Suriah atau melalui Damaskus,” tulis Radu Cristian di laman World History Encyclopedia.
Pemerintahan raja palsu itu tidak berlangsung lama. Herodotus menceritakan kepada kita bahwa Phaedymia, putri paman Cambyses (Otanes), mengetahui bahwa penguasa tersebut bukanlah saudara laki-laki Cambyses.
Ayahnya, setelah mengetahui kebenarannya, dengan cepat mengumpulkan sekelompok konspirator. Mereka adalah Hydarnes, Intaphrenes, Megabyzus, dan Darius. Pembunuhan Gautama menyebabkan kekosongan kekuasaan di Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Para konspirator harus memutuskan masa depan kekaisaran.
Otanes memilih untuk tidak ikut serta dalam perebutan takhta, tetapi ia menginginkan hak istimewa bagi keluarganya. Karena tidak dapat menyelesaikan masalah ini, mereka semua menyetujui sebuah kontes, yang pemenangnya akan naik takhta. Para calonnya adalah Megabyzus dan Darius.
Mereka semua akan bertemu keesokan paginya dan masing-masing menunggangi kudanya. Raja baru adalah ia yang menunggangi kuda pertama yang meringkik saat matahari terbit.
Herodotus menyebutkan bahwa Darius berbuat curang. Berkat bantuan pelayannya, kuda yang ditungganginyalah yang paling pertama meringkik. Suara ringkikan kuda yang diiringi kilat akibat badai meyakinkan yang lain untuk menerima Darius sebagai raja baru. Pada tahun 522 Sebelum Masehi, Darius I menjadi raja ketiga di Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
“Kematian Gautama dianggap sebagai peluang kemerdekaan,” tambah Cristian. Pemberontakan pecah di banyak wilayah kekaisaran, termasuk Persis, Media, Parthia, Asyur, Babilonia, dan Mesir kuno. Dengan bantuan tentaranya, Darius berhasil memadamkan konflik tersebut.
Serangan militer Darius Agung
Pemerintahan Darius ditandai dengan serangan militer besar-besaran. Setelah mengonsolidasikan kekuasaannya di dalam negeri, ia menaklukkan sebagian besar Mesir kuno pada 519 Sebelum Masehi.
Pada tahun 518 Sebelum Masehi, Darius Agung menaklukkan sebagian India, yaitu Punjab bagian utara.
Serangan militer penting berikutnya terjadi di Scythia Eropa pada tahun 513 Sebelum Masehi. Dalam serangan militer ini, Darius menghadapi kesulitan yang tidak terduga. Bangsa Skit menghindari tentara Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Pada akhirnya, serangan militer tersebut dihentikan. Pasalnya, penyakit dan kekurangan makanan berdampak buruk pada tentara Persia selama beberapa minggu. Pawai tersebut berhenti di sekitar tepi sungai Volga dan kemudian menuju Thrace. Darius memerintahkan jenderalnya, Megabyzus, untuk menaklukkan Thrace.
Selain membawa Thrace di bawah pengaruh Kekaisaran Persia Akhemeniyah, Megabyzus juga menaklukkan kota-kota tetangganya di Yunani kuno. Upaya penaklukan Yunani ini berlangsung sengit. Meski sempat dikalahkan, Darius tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk menaklukkan Yunani.
Penaklukan Yunani kuno oleh Darius akhirnya terhenti karena kematiannya pada tahun 486 Sebelum Masehi.
Kemajuan di Kekaisaran Persia Akhemeniyah selama pemerintahan Darius Agung
Kekaisaran Persia Akhemeniyah mengalami banyak kemajuan pada masa pemerintahan Darius Agung. Ia mendirikan 20 provinsi dengan seorang archon (gubernur) ditugaskan di masing-masing provinsi. Daerah tetangga membayar upeti tetap; jumlah yang cukup besar ditetapkan oleh komisi pejabat kepercayaan Darius.
Darius Agung juga memperbaiki sistem hukum pemerintahan Persia Akhemeniyah. Ia menggunakan Hammurabi Babilonia sebagai model dan menyalin beberapa undang-undangnya sepenuhnya.
Hukum ditegakkan oleh para hakim kekaisaran. Korupsi merupakan hal yang pantang dilakukan oleh hakim di masa itu. Darius mencopot pejabat sebelumnya dan menggantikan mereka dengan orang baru yang setia kepadanya.
Walaupun hukuman yang diberikan mungkin tampak brutal, mulai dari mutilasi hingga membutakan mata, keadilan tidak bisa diabaikan. Hukuman bergantung pada sifat dan tingkat keparahan kejahatan. Sistem baru ini terbukti populer, bahkan setelah kematian Darius, beberapa undang-undang masih digunakan pada tahun 218 Sebelum Masehi.
Proyek ekonomi dan pembangunan selama pemerintahan Darius Agung
Selama masa pemerintahannya, Darius melakukan proyek konstruksi yang mengesankan di seluruh Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Di Susa, ia membangun kompleks istana di bagian utara kota, yang menjadi tempat tinggal favoritnya.
Sebuah proyek besar di Persepolis menyusul. Persepolis adalah kompleks istana yang meliputi markas militer, perbendaharaan, markas raja, dan wisma. Selain istana, Darius juga menyelesaikan proyek pembangunan Koresh Agung (Cyrus the Great) yang sebelumnya belum selesai di Pasargadae. Di Mesir, ia membangun banyak kuil dan memulihkan kuil-kuil yang sebelumnya telah dihancurkan.
Darius memperkenalkan mata uang universal baru, darayaka, sekitar sebelum tahun 500 Sebelum Masehi. “Inovasi ini memudahkan pengumpulan pajak atas tanah, ternak, dan pasar, sehingga meningkatkan pendapatan kekaisaran,” Cristian menambahkan.
Untuk lebih meningkatkan perekonomian dan membantu para pedagang, sistem bobot dan ukuran standar baru diperkenalkan.
Peninggalan Darius Agung bagi Kekaisaran Persia Akhemeniyah
Usai kekalahan di Marathon, Darius tak mau menyerah pada mimpinya menaklukkan Yunani kuno. Dia bersumpah untuk mengumpulkan pasukan yang lebih besar untuk melawan Yunani.
Setelah 3 tahun persiapan, terjadi pemberontakan di Mesir kuno yang hanya memperburuk kondisi kesehatannya. Darius meninggal pada bulan Oktober 486 Sebelum Masehi. Jenazahnya dikebumikan di Naqsh-e Rustam, di sebuah makam yang telah disiapkannya sebelumnya, sesuai dengan kebiasaan raja-raja Persia.
Setelah kematiannya, takhta diwarisi oleh putra sulung hasil pernikahannya dengan Atossa, Xerxes I.
Pemerintahan Darius adalah salah satu episode terpenting dalam sejarah Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Penaklukan militernya memperluas wilayah Persia.
Secara internal, reformasi yang dilakukannya meningkatkan vitalitas kekaisaran. Beberapa perbaikannya masih bertahan hingga saat ini. Misalnya undang-undangnya yang menjadi dasar hukum Iran.