Sekitar tahun 547 Sebelum Masehi Croesus, Raja Lydia yang terkenal kaya raya, menyerang kota yang dikuasai Persia di Anatolia tengah. Cyrus memimpin pasukannya melawan Lydia dan kedua belah pihak bertempur hingga seri.
Setelah itu Croesus mundur untuk mengumpulkan sekutu karena ini adalah akhir musim pertempuran. Namun, Cyrus terus maju dan menyerang ibu kota Lydia di Sardis. Croesus kembali berbaris untuk berperang.
Kemudian Harpagus menyarankan Cyrus untuk menempatkan untanya di depan pasukannya. Konon pemandangan, suara, dan bau binatang yang asing akan menyebabkan kuda kavaleri Lydia menghindar. Cyrus mengikuti saran Harpagus dan dalam pertempuran berikutnya berhasil menangkap Croesus dan mengusir pasukannya.
Daripada mengeksekusi musuh lamanya, Cyrus menyelamatkan nyawa Croesus dan menjadikannya seorang penasihat.
Ketika Cyrus memulai perjalanannya kembali ke Persia, orang-orang Lydia merebut perbendaharaan Croesus yang sangat besar. Mereka menyewa pasukan tentara bayaran dan memberontak. Cyrus mengirimkan dua jenderalnya untuk menangani situasi tersebut.
Setelah menumpas pemberontakan, mereka menaklukkan seluruh Anatolia, menambahkan Ionia, Lycia, Kilikia, dan Phoenicia ke dalam Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Pembebasan Babilonia
Pada tahun 540 Sebelum Masehi, Cyrus merebut Kerajaan Elam di Mesopotamia timur. Kekaisaran Persia Akhemeniyah kini berbatasan dengan Kekaisaran Neo-Babilonia. Pada saat itu Kekaisaran Neo-Babilonia diperintah oleh Nabonidus.
Nabonidus berkuasa melalui kudeta dan kemudian berselisih dengan pendeta kuat Marduk, salah satu dewa utama Babilonia. Tindakan itu membuat Nabonidus sangat tidak populer di kalangan masyarakat Babilonia. Di sisi lain, masyarakat Babilonia memandang Cyrus sebagai calon pembebas.
Cyrus menginvasi Babilonia pada tahun 539 Sebelum Masehi. Pasukan Kekaisaran Persia Akhemeniyah dengan cepat mengalahkan tentara Babilonia dalam pertempuran singkat di tepi Sungai Efrat.
Nabonidus melarikan diri ketika Cyrus mendekati kota Babel itu sendiri. Babel adalah salah satu kota terbesar di Timur Dekat Kuno. “Kota itu memiliki populasi cukup besar dan pertahanan yang mengesankan,” ungkap Holmes.
Pasukan Persia Akhemeniyah merebut kota tersebut dengan mengalihkan Sungai Efrat ke kanal terdekat. Hal tersebut memungkinkan mereka mengarungi dasar sungai dan memasuki kota pada malam hari.