Nationalgeographic.co.id - Cyrus the Great atau Koresh Agung adalah pendiri Kekaisaran Persia Akhemeniyah, sering disebut sebagai Kekaisaran Persia pertama. Pada saat kematiannya, dia berhasil menciptakan kekaisaran terbesar yang pernah ada di dunia kuno.
Wilayah Kekaisaran Persia Akhemeniyah membentang dari Laut Mediterania hingga Sungai Indus. Cyrus the Great juga dikenang karena pengaruhnya dalam bidang agama, hak asasi manusia, filsafat, dan sastra. Selama berkuasa, ia menciptakan sistem politik yang stabil di mana kekaisaran yang luas dikelola.
Masa muda Cyrus the Great
Kehidupan awal Cyrus the Great diselimuti mitos dan misteri. Ia lahir sekitar tahun 600 Sebelum Masehi dan merupakan putra Cambyses, Raja Persia. Kakeknya adalah Astyages, raja di Kekaisaran Media.
Menurut legenda, Astyages bermimpi bahwa Cyrus suatu hari akan menggantikan dan membunuhnya. Astyages memerintahkan jenderal utamanya (Harpagus) untuk membunuh anak itu.
“Alih-alih menurutinya, sang jenderal malah menyuruh Cyrus pergi untuk hidup sebagai seorang gembala,” tulis Robert C.L. Holmes di laman The Collector.
Beberapa saat setelah dia kembali, Cyrus menikahi Cassandane, cinta terbesar dalam hidupnya.
Menggulingkan Media
Pada tahun 559 Sebelum Masehi, Cyrus adalah salah satu dari banyak penguasa lokal yang setia kepada Kekaisaran Medi yang perkasa. Kekaisaran Media saat ini masih diperintah oleh kakek Cyrus, Astyages. Namun tidak jelas bagaimana tepatnya dan mengapa permusuhan terjadi.
Ketika Astyages mengirim pasukannya untuk menyerang Cyrus, pasukan itu berada di bawah komando Harpagus. Jika legenda tentang mimpi Astyages itu benar, maka Harpagus punya alasan untuk membenci kakeknya dan memberontak. Harpagus kemudian membelot ke Cyrus dan membawa separuh pasukannya bersamanya.
Perang melawan bangsa Media berlangsung selama 3 tahun (553-550 Sebelum Masehi). Perang tersebut berakhir dengan penaklukan Persia terhadap ibu kota Media, Ecbatana. Cyrus menyelamatkan nyawa Astyages dan menikahi Amytis, salah satu putri Astyages. Dengan penaklukan Media, Cyrus mampu menyatukan rakyat Persia dan menjadi raja mereka.
Cyrus the Great melawan Croesus dari Lydia
Sekitar tahun 547 Sebelum Masehi Croesus, Raja Lydia yang terkenal kaya raya, menyerang kota yang dikuasai Persia di Anatolia tengah. Cyrus memimpin pasukannya melawan Lydia dan kedua belah pihak bertempur hingga seri.
Setelah itu Croesus mundur untuk mengumpulkan sekutu karena ini adalah akhir musim pertempuran. Namun, Cyrus terus maju dan menyerang ibu kota Lydia di Sardis. Croesus kembali berbaris untuk berperang.
Kemudian Harpagus menyarankan Cyrus untuk menempatkan untanya di depan pasukannya. Konon pemandangan, suara, dan bau binatang yang asing akan menyebabkan kuda kavaleri Lydia menghindar. Cyrus mengikuti saran Harpagus dan dalam pertempuran berikutnya berhasil menangkap Croesus dan mengusir pasukannya.
Daripada mengeksekusi musuh lamanya, Cyrus menyelamatkan nyawa Croesus dan menjadikannya seorang penasihat.
Ketika Cyrus memulai perjalanannya kembali ke Persia, orang-orang Lydia merebut perbendaharaan Croesus yang sangat besar. Mereka menyewa pasukan tentara bayaran dan memberontak. Cyrus mengirimkan dua jenderalnya untuk menangani situasi tersebut.
Setelah menumpas pemberontakan, mereka menaklukkan seluruh Anatolia, menambahkan Ionia, Lycia, Kilikia, dan Phoenicia ke dalam Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Pembebasan Babilonia
Pada tahun 540 Sebelum Masehi, Cyrus merebut Kerajaan Elam di Mesopotamia timur. Kekaisaran Persia Akhemeniyah kini berbatasan dengan Kekaisaran Neo-Babilonia. Pada saat itu Kekaisaran Neo-Babilonia diperintah oleh Nabonidus.
Nabonidus berkuasa melalui kudeta dan kemudian berselisih dengan pendeta kuat Marduk, salah satu dewa utama Babilonia. Tindakan itu membuat Nabonidus sangat tidak populer di kalangan masyarakat Babilonia. Di sisi lain, masyarakat Babilonia memandang Cyrus sebagai calon pembebas.
Cyrus menginvasi Babilonia pada tahun 539 Sebelum Masehi. Pasukan Kekaisaran Persia Akhemeniyah dengan cepat mengalahkan tentara Babilonia dalam pertempuran singkat di tepi Sungai Efrat.
Nabonidus melarikan diri ketika Cyrus mendekati kota Babel itu sendiri. Babel adalah salah satu kota terbesar di Timur Dekat Kuno. “Kota itu memiliki populasi cukup besar dan pertahanan yang mengesankan,” ungkap Holmes.
Pasukan Persia Akhemeniyah merebut kota tersebut dengan mengalihkan Sungai Efrat ke kanal terdekat. Hal tersebut memungkinkan mereka mengarungi dasar sungai dan memasuki kota pada malam hari.
Babilonia kemudian jatuh tanpa perlawanan dan Cyrus mencegah pasukannya menjarah kota tersebut. Nabonidus menyerah tak lama kemudian. Cyrus the Great akhirnya menguasai seluruh Mesopotamia, Siria, dan Levant. Kekaisaran besarnya sekarang menjadi yang terbesar yang pernah ada di dunia kuno.
Kematian Cyrus the Great
Beberapa waktu kemudian Cyrus the Great berkonflik dengan Massagetae, sebuah konfederasi nomaden di Asia Tengah. Cyrus pertama kali melamar Ratu Massagetae, Tomyris, tetapi ditolak.
Sebagai tanggapan, Cyrus melancarkan invasi ke wilayah Massagetae dan kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran. Rincian pastinya tidak jelas, tetapi tampaknya tentara Persia Akhemeniyah telah dikalahkan dan sang pemimpin dibunuh.
Menurut sebuah cerita, setelah pertempuran, jenazah Cyrus dibawa ke hadapan Tomyris, yang kemudian dipenggal. Dia kemudian mencelupkan kepalanya ke dalam bejana berisi darah. Hal itu merupakan tindakan balas dendam karena Cyrus dikatakan telah menipu dan membunuh putranya.
Setelah Cyrus the Great meninggal, sekitar tahun 530-529 Sebelum Masehi, jenazahnya dikebumikan di ibu kotanya, Pasargadae. Meskipun kota ini kini hancur, makamnya sendiri masih bertahan. Di dalam makam Cyrus the Great dimakamkan di peti mati emas, diletakkan di atas meja dengan penyangga emas.
Makam itu dipenuhi barang-barang mewah lainnya dan dikelilingi taman yang indah. Di atas makam itu tertulis kata-kata: “Wahai manusia, siapa pun kamu dan dari mana pun kamu berasal, karena aku tahu kamu akan datang, akulah Cyrus yang memenangkan Kerajaan Persia. Oleh karena itu, jangan iri padaku karena sebidang tanah yang menutupi tulang-tulangku.”
Prestasi Cyrus the Great dari Kekaisaran Persia Akhemeniyah
Selain sebagai seorang penakluk, Cyrus the Great juga dikenang karena berbagai prestasi lainnya. “Dia dianggap sebagai pendukung awal hak asasi manusia oleh banyak orang,” Holmes menambahkan.
Setelah penaklukan Kekaisaran Neo Babilonia, Cyrus mengeluarkan dekrit yang dicatat pada apa yang disebut Silinder Cyrus. Dekrit itu memulihkan semua kuil dan praktik keagamaan serta memungkinkan banyak pengungsi untuk kembali ke rumah mereka.
Di seluruh kekaisarannya, Cyrus menerapkan kebijakan toleransi beragama. Kebijakan bijaknya telah dikagumi dan ditiru oleh para penguasa, negarawan, dan filsuf hingga saat ini.
Untuk memerintah kekaisaran yang luas, Cyrus mendirikan sejumlah wilayah administratif yang diperintah oleh satrap (gubernur) yang diberi kekuasaan luas. Mereka terhubung dengan pemerintah pusat melalui pengembangan sistem pos dan jalan yang efisien.
Sepanjang ruang dan waktu, banyak orang yang menghormati pencapaian Cyrus the Great bagi Kekaisaran Persia Akhemeniyah dan dunia.