Mei 327 SM dan Maret 326 SM, ekspedisinya dimulai untuk mengamankan jalur pasokan dan komunikasinya dengan para satrap.
Ekspedisi ini disebut Kampanye Cophen yang membuatnya berhasil merebut kawasan pegunungan Pakistan dan Afganistan.
Ekspedisi dalam sejarah Aleksander Agung ini membuat para raja-raja kecil tersebut bertekuk lutut pada bangsa Makedonia.
Salah satunya adalah bangsa Assakenia (Asvaka dalam bahasa Sansekerta).
Bangsa Assakenia menolak tunduk walau rajanya sudah dibunuh. Ratu Kleophis (Kripa) yang merupakan ibu raja Assakenia menolak menyerahkan ibukotanya walau sudah terkepung.
Setelah Assakenia berhasil dikuasai, Aleksander melanjutkan merebut Aornus yang hari ini berada di sekitar Shangla, Pakistan.
Aornus adalah pengepungan besar terakhir dalam sejarah Aleksander Agung untuk mengamankan jalur komunikasinya melintasi Hindu Kush.
Di sini, orang Yunani dan Makedonia mulai terhubung langsung dengan peradaban India. Ada beberapa catatan tentang India, tetapi tidak menyebutkan tentang agama Buddha, kuil, dan aktivitas spiritual.
Catatan Yunani dan Makedonia tidak menyebut soal kasta, kecuali kaum Brahmana yang disebut sebagai filsuf dan penasihat raja dan pangeran, bukan pendeta.
Sejarawan dari Yunani kuno era Aleksander juga melihat aktivitas kebudayaan. Aktivitas itu seperti, tradisi sati di mana perempuan janda harus memabkar diri ke tumpukan kayu pemakaman suaminya, ritual memberikan mayat manusia ke burung nasar, dan perbudakan.
Meski demikian, orang Yunani mengagumi kemajuan pengetahuan masyarakat India, terutama bidang kedokteran.