Pasukan India-Makedonia dan kavaleri segera maju ke sayap kiri membantu pemanah kuda yang tengah melawan kavaleri Porus.
Sementara itu gajah perang dan infanteri Porus menyerang, tetapi dihadang oleh barisan depan Makedonia yang dipimpin Kraterus.
Sementara Aleksander berada di posisi belakang barisan tentara lawan. Akibatnya seranangan ini menggencet Porus dan mengakhiri Pertempuran Hydaspes.
Dalam sejarah Aleksander Agung, seperti biasa ia memperlakukan musuhnya dengan baik. Aleksander menyelamatkan nyawa Porus dan mengembalikan takhtanya.
Dia pun mendamaikan Porus dengan Ambhi--penguasa India lainnya yang selama ini menjadi rival Porus dan berada di bawah kekuasaan Aleksander Agung.
Rindu kampung halaman
Setelah pertempuran, Aleksander Agung mendirikan kota di dekat Sungai Hydaspes. Kota itu bernama Alexandria Buchephalus, yang mengandung nama kuda tunggangan Aleksander sejak dari Makedonia, dan tewas dalam Pertempuran Hydaspes.
Sungai Hydaphes terletak tidka jauh dari Sungai Gangga. Orang Yunani menyebut Sungai Gangga sangat dalam dan terlalu luas, sehinga menyulitkan penyeberangan.
Padahal, di seberangnya terdapat Kekaisaran Nanda yang telah berkembang dalam sejarah peradaban India. Kekaisaran pada empat tahun kemudian akan digulingkan oleh Chandragupta Maurya, pendiri Kekaisaran Maurya.
Namun, pasukan Aleksander Agung sudah terlalu letih. Mereka mengadu untuk pulang karena merindukan rumah, orang tua, anak, dan istri mereka di Makedonia.
Beberapa sejarawan berpendapa mungkin para serdadu memberontak, karena Aleksander Agung ingin sekali untuk maju.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Aleksander Agung memutuskan untuk mundur. Agar menuntaskan ekspedisinya, Aleksander Agung dan serdadunya ke selatan untuk menundukkan bangsa Malli di Punjab.
Setelah itu ada yang berpisah menuju Laut India dan melewati daratan Persia untuk kembali ke Babilonia.
Baca Juga: Selidik Misteri Pedang Aleksander Agung yang Menaklukkan Dunia