Nationalgeographic.co.id—Pedang Aleksander Agung adalah artefak legendaris yang telah membuat para sejarawan dan kolektor terpikat. Lebih dari sekadar alat tempur, pedang ini menemani sang penakluk sohor dalam sejarah dunia.
Keberadaan pedang Aleksander Agung masih menjadi misteri hingga saat ini. Tak sedikit orang percaya bahwa pedang ini telah hilang selama berabad-abad dan mungkin sudah rusak atau hancur seiring berjalannya waktu.
Siapakah Aleksander Agung?
Aleksander Agung merupakan penguasa Makedonia kuno dari tahun 336 hingga 323 SM. Namanya menggema di seluruh dunia karena keberhasilannya dalam menaklukan dunia. Bahkan, dengan pasukan terlatihnya, ia mampu meluluhlantakkan pasukan Yunani Kuno dan Kekaisaran Persia yang kuat.
Sejak usia muda, ia sangat terpengaruh oleh ayahnya, Raja Philip II dari Makedonia, dan filsuf Yunani kuno, Aristoteles. Pada usia 20 tahun, Aleksander menjadi raja Makedonia setelah kematian ayahnya.
Aleksander dikenal sebagai salah satu ahli strategi militer paling hebat dalam sejarah dunia militer. Bahkan, konon para jenderal modern masih menggunakan metodenya sebagai panduan.
Selain ahli dalam strategi, Sejarawan David Mickov menjelaskan, Aleksander juga salah satu dari sedikit jenderal yang bergabung ke medan tempur bersama pasukannya. Dalam beberapa kesempatan, meski terluka, ia tetap memimpin pasukannya dengan menunggang kuda ke medan perang.
“Dengan pedang di tangannya untuk membangkitkan semangat para sekutunya, ia terus memberikan rasa takut ke dalam hati para musuhnya,” jelas Mickov.
Selidik Pedang Aleksander Agung
Meskipun tidak ada bukti pasti mengenai pedang yang benar-benar digunakan oleh Aleksander Agung, menurut Mikov, kita dapat memeriksanya berdasarkan sejarah dan penelitian tentang senjata-senjata pada zaman kuno.
Mickov menjelaskan, pedang Raja Makedonia kuno Aleksnder kemungkinan adalah Kopis, sejenis pedang Hellenic kuno. Pedang jenis ini digunakan oleh pasukan Makedonia dan tersebar sangat luas pada masanya.
Source | : | Sword Encyclopedia |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR