Apakah Kota Troya yang Terkenal dalam Mitologi Yunani Benar-Benar Ada?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 20 September 2023 | 21:00 WIB
Penyair epik Yunani, Homer, menuliskan kisah tentang Kota Troya. Apakah kota ini benar nyata atau hanya legenda dalam mitologi Yunani belaka? (Kerstiaen de Keuninck/Broel Museum )

Namun, dengan sedikit kreativitas, tulisan Homer dapat dikaitkan dengan kota Priam di situs itu. Penyair besar mengatakan Troya curam dan berangin, seperti Hisarlik. Dia menggambarkannya sebagai “berlandaskan kuat”, “gerbang menjulang”, “jalan lebar”, dan “benteng yang tidak bisa dihancurkan”.

Homer menghadirkan gambaran kota besar yang dipimpin oleh elite yang berkuasa. Kota itu dilindungi tembok megah; sebuah kota besar Zaman Perunggu yang menampung antara 4.000 dan 10.000 penduduk. Dari tembok itulah beberapa kekalahan terbesar Troya dikisahkan dalam Iliad.

Tembok yang memainkan peran penting bagi Troya dalam Iliad juga dapat dikaitkan dengan Hisarlik. Bagian dari dinding bawah, yang masih terlihat hingga saat ini, memiliki lebar 4-5 meter dan tinggi 8 mmeter. Tembok ini memiliki banyak menara dan gerbang yang mengarah langsung ke pusat kota.

Benteng, rumah bagi elite penguasa, merupakan kawasan padat penduduk dengan bangunan monumental dan rumah dua lantai dengan ruangan luas.

Kota multikultural di masa lalu

Tidak ada keraguan bahwa Troya adalah kota besar yang memiliki kepentingan strategis sepanjang Zaman Perunggu. Lokasinya yang menjaga Dardanella berarti secara efektif merupakan pintu gerbang ke Laut Hitam. Juga merupakan jalur perdagangan penting.

Terjepit antara Mycenaean di barat dan bangsa Het di timur, kota ini merupakan titik pertemuan dua budaya yang berlawanan. Dan tampaknya Troya berkembang pesat sebagai kota multikultural. Arkeolog menemukan bukti pengaruh budaya asing, seperti pembuat tembikar lokal yang membuat pot Mycenaean dengan sentuhan Troya.

Henrich Schliemann mengeklaim bahwa ia menemukan harta karun Raja Priam. (Public Domain)

Ada juga bukti perdagangan ekstensif dengan Anatolia (Turki modern) dan peradaban Zaman Perunggu di Yunani kuno. Pada saat itu, kota ini merupakan kota yang sangat kosmopolitan.

“Ini seperti London,” kata Clein, “ibu kota dengan banyak pengaruh asing akibat perdagangan dan migrasi. Saya yakin orang asing juga merupakan penduduk Troya pada abad 14-13 Sebelum Masehi.”

Kota ini tidak hanya menerima budaya yang berbeda, namun Troya dan mitologi Yunani di baliknya berdampak pada skala global. Raja Persia Xerxes, dalam ekspedisinya melalui Yunani kuno, dikatakan telah memberikan persembahan kepada Athena di Troya. 150 tahun kemudian Aleksander Agung singgah di Troya dan diduga mengambil perisai Achilles dari kuil Athena. Dia juga membawa salinan Iliad saat itu.

Bahkan bangsa Romawi mengaku sebagai keturunan Troya. Dalam Aeneid, penyair Romawi Virgil menceritakan kisah Aeneas dari Troya. Pahlawan Troya itu melarikan diri dari perang, melakukan perjalanan ke Italia, dan menjadi salah satu pendiri Roma.

Troya terus menginspirasi budaya barat. Troya adalah kota yang representasi kepahlawanan dan identitas politiknya menyentuh banyak orang selama berabad-abad.

Seperti yang ditulis oleh ahli epigram Yunani Euenus, kota itu sendiri mungkin hilang dan keberadaannya masih diperdebatkan. Namun dalam karya Homer, Troya dilindungi oleh gerbang perunggu. “Tombak-tombak orang-orang Yunani yang membinasakan tidak akan menusukku lagi, tetapi aku akan menjadi perbincangan semua orang Yunani,” tulis Homer.