Nationalgeographic.co.id—Para penulis kuno dalam sejarah dunia kerap membahas tentang tujuh prestasi luar biasa pencapaian manusia. Pencapaian itu dikenal dengan sebutan Tujuh Keajaiban Dunia Kuno.
Tujuh Keajaiban Dunia Kuno adalah kumpulan bangunan yang dikagumi karena kemegahannya. Sejumlah penulis kuno seperti Diodorus Siculus dan Antipater dari Sidon, menyusun daftar situs kuno yang harus dikunjungi di masa lalu.
Daftar tersebut mencakup Piramida Agung Giza, Mausoleum di Halicarnassus, Kuil Artemis di Ephesus, Patung Zeus dari Olympia, Colossus of Rhodes, Pharos atau mercusuar besar Aleksandria, dan Taman Gantung Babilonia.
Semua kecuali satu dari situs tersebut telah hilang. Apa yang terjadi dengan Tujuh Keajaiban Dunia Kuno itu? Kisahnya bisa disimak di sini.
Piramida Agung Giza, Satu-satunya keajaiban dari dunia kuno yang masih berdiri kokoh hingga kini
Satu-satunya keajaiban yang masih ada adalah Piramida Agung Giza. Piramida ini dibangun pada tahun 2500-an Sebelum Masehi pada masa Dinasti ke-4 Mesir.
“Piramida Agung adalah yang pertama dan terbesar dan dibangun oleh Khufu,” tulis Nathan Hewitt di laman The Collector. Piramida terbesar kedua dibangun oleh putranya Khafre yang diyakini oleh sebagian besar ahli politik Mesir sebagai pembuat Sphinx. Sedangkan piramida ketiga dan terkecil dibangun oleh putra Khafre, Menkaure.
Seperti hampir semua situs permakaman kerajaan di Mesir kuno, Piramida jadi sasaran perampok ribuan tahun yang lalu. Piramida bak mercusuar yang menggoda bagi para penjarah di masa lalu. Karena alasan ini, maka firaun Mesir akhirnya membuat makam-makan yang tidak terlalu mencolok. Contohnya seperti yang ada di Lembah Para Raja.
Meskipun terjadi penjarahan dan pengrusakan, Piramida Agung Giza adalah salah satu bangunan yang paling dikenal dalam sejarah dunia. Bangunan kuno ini menjadi magnet pariwisata.
Piramida mungkin gagal melindungi penghuninya, namun selama lebih dari 4.000 tahun, mereka masih berdiri. Hal ini menjadi bukti kekuatan besar yang dimiliki piramida Mesir kuno. Sayangnya, keajaiban lainnya tidak seberuntung itu.
Mercusuar Aleksandria (Pharos)
Sebagian besar dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno memiliki tujuan keagamaan atau monumental. Namun lain halnya dengan Mercusuar Aleksandria memiliki manfaat bagi kotanya. Terletak di pulau Pharos, lokasinya sempurna untuk melayani industri maritim Aleksandria yang ramai.
Struktur setinggi 100 meter ini dibangun atas perintah Ptolemeus II untuk mendukung kota menjadi pelabuhan terpenting di Mediterania. Pharos atau Mercusuar Aleksandria adalah salah satu dari beberapa monumen luar biasa yang mendefinisikan kota ini. Yang lainnya adalah Perpustakaan Aleksandria dan Makam Aleksander Agung.
Mercusuar tetap digunakan selama berabad-abad, selamat dari berbagai invasi, gempa bumi, dan penjajah asing di Mesir kuno.
“Namun, gempa bumi tersebut pada akhirnya akan menjadi kehancurannya Mercusuar Aleksandria,” tambah Hewitt.
Kerusakan struktural besar pertama terjadi pada tahun 956 dan memaksa pemerintah kota melakukan perbaikan besar-besaran. Bangunan ini mengalami kerusakan serius lagi pada tahun 1303 dan 1323. Gempa merobohkan sebagian besar bangunan dan membuatnya tidak berfungsi sama sekali.
Mercusuar akhirnya dibongkar pada tahun 1480 ketika Mamluk membersihkan pangkalannya. Ia menggunakan batu-batu tersebut untuk membangun Benteng Qaitbay di lokasi tersebut. Sisa-sisa mercusuar masih terletak di perairan dangkal dekat tempatnya dulu berdiri. Sisa-sisa Mercusuar Aleksandria jadi saksi bisu kemegahan bangunan itu di masa lalu.
Mausoleum Halicarnassus
Mausoleum Halicarnassus dibangun di Kota Halicarnassus di pantai barat Turki modern. Mausoleum ini dibangun pada pertengahan abad ke-4 Sebelum Masehi untuk Raja Caria Mausolus dan keluarganya.
Pembangunannya dimulai sebelum kematiannya dan selesai secara anumerta atas perintah istri-istrinya Artemisia II. Kesedihan Artemisia dikatakan sangat besar dan bertahan dalam seni dan sastra selama ribuan tahun, Namun Mausoleum Halicarnassus adalah monumen utama kesedihan tersebut.
Mausoleum ini merupakan bangunan setinggi 45 meter. Di dalamnya berisi lebih dari 400 patung dari beberapa pematung terbaik di Yunani kuno. Puncaknya adalah sebuah piramida dengan Mausolus dan Artemisia berada di kereta empat kuda.
Pliny the Elder, Strabo, dan Vitruvius menggambarkan keindahannya yang mengukuhkan posisinya di antara Tujuh Keajaiban Dunia Kuno.
Hanya deskripsi ini dan sisa-sisa pecahan dari segelintir patung yang tersisa yang menunjukkan keberadaannya.
Bangunan ini masih berdiri pada zaman Romawi, namun pada milenium berikutnya bangunan ini mengalami kerusakan. Tidak ada sumber dalam sejarah dunia yang menjelaskan bagaimana atau mengapa hal ini terjadi. Para ksatria Perang Salib menggunakan sisa-sisa dari Mausoleum untuk membangun Kastel Bodrum di dekatnya.
Patung Zeus di Olympia
Nasib serupa juga menimpa Patung Zeus di Olympia. Patung ini dilapisi lempengan emas dan gading. Konon tingginya mencapai 14 meter. Dibangun sekitar abad ke-5 Sebelum Masehi oleh arsitek terkenal Yunani Phidias. Phidias mungkin adalah pematung Yunani kuno terhebat. Ia juga menciptakan patung Athena Parthenos yang dulu berdiri di Acropolis.
Nasib pasti dari Patung Zeus tidak diketahui. Patung Zeus adalah salah satu keajaiban yang paling sulit ditelusuri melalui catatan sejarah dunia. Kuil Zeus masih ada di sana pada tahun 391 Masehi ketika Theodosius menghancurkan semua kuil kafir di Kekaisaran Romawi. Tapi tidak ada catatan yang jelas setelahnya.
Kemungkinan besar kuil itu hancur ketika kuil itu sendiri terbakar pada tahun 400-an. Patung Zeus dipercaya disembunyikan di Konstantinopel, lalu dipasang kembali sebelum dibakar lagi. Tapi tidak ada bukti yang mendukung hal tersebut.
Patung Zeus seakan-akan menghilang begitu saja dalam sejarah dunia.
Kuil Artemis di Efesus
Turki modern juga menjadi tuan rumah bagi keajaiban lainnya: Kuil Artemis di Efesus. Efesus dulunya merupakan bagian dari Yunani kuno. Artemis adalah dewi berburu Yunani dan memiliki asosiasi yang kuat dengan bulan dan remaja perempuan. Ia sangat dihormati di seluruh wilayah Yunani kuno.
Penduduk Efesus memandang Artemis sebagai semacam dewi pelindung, sangat mirip dengan pemujaan rakyat Athena terhadap Dewi Athena. “Itulah sebabnya mengapa mereka membangun sebuah kuil besar untuk sang dewi,” ujar Hewitt.
Kuil Artemis sebenarnya adalah tiga kuil yang dibangun dan dihancurkan pada waktu berbeda. Tanggal pembangunan kuil pertama tidak diketahui. Yang diketahui hanyalah bahwa kuil tersebut hancur akibat banjir pada abad ke-7 Sebelum Masehi.
Kuil yang hancur dibangun kembali lebih besar dengan sedikit perubahan desain segera setelahnya. Kemudian kuil terbakar pada tahun 356 Sebelum Masehi akibat pembakaran yang dilakukan oleh Herostratus. Peristiwa itu terjadi sekitar waktu kelahiran Aleksander Agung di Makedonia. Plutarch mengatakan bahwa kuil tersebut terbakar karena para dewa terganggu oleh kedatangan Aleksander Agung ke dunia.
Kuil Artemis yang ketiga dan terakhir dibangun pada akhir abad ke-4 Sebelum Masehi. Kuil tersebut berdiri selama berabad-abad sebelum mengalami penurunan bertahap.
Kuil Artemis rusak parah akibat serangan Gotik pada abad ke-3 Masehi. Serangan itu kemungkinan menyebabkan Kuil Artemis menjadi reruntuhan sebelum akhirnya dibongkar oleh umat Kristiani pada akhir abad ke-4.
Situs ini hilang selama bertahun-tahun sampai tim ekspedisi Inggris menemukannya kembali. Kini, hanya satu kolom yang dikumpulkan dari fragmen-fragmen berbeda yang ditemukan di situs.
Colossus of Rhodes
Colossus of Rhodes adalah patung perunggu dewa matahari tradisional Yunani kuno dan pelindung Rhodes. Patung ini memiliki 33 meter dan menjulang tinggi di atas pelabuhan negara maritim tersebut.
Sejarawan masih belum yakin mengenai lokasi persisnya di pelabuhan, bagaimana sebenarnya pembuatannya, dan bahkan pose aslinya. Namun, hal ini tidak menghentikan kekaguman dan spekulasi selama berabad-abad soal patung ini.
Colossus of Rhodes dibangun pada tahun 280-an Sebelum Masehi untuk merayakan kekalahan Demetrius Poliorcetes. Sejarawan menduga bahwa pembuatan patung ini dibiayai dengan menjual perlengkapan pengepungan musuh yang ditinggalkan.
Pembangunan patung terkenal dalam sejarah dunia itu memakan waktu 12 tahun. Sayangnya, waktu pembangunan yang lama tidak diimbangi dengan umur yang panjang. Pada tahun 226 Sebelum Masehi, hanya 54 tahun setelah selesai dibangun, gempa bumi dahsyat menyebabkan Colossus roboh ke tanah.
Ptotemeus menawarkan bantuan untuk memperbaiki patung tersebut. Namun rakyat Rhodes menafsirkan kehancurannya sebagai tanda bahwa dewa tidak menyukai patung tersebut. Alhasil, patung tersebut tidak pernah diperbaiki untuk selamanya.
Colossus tergeletak di tempatnya selama berabad-abad dan masih menimbulkan kekaguman. Seperti Patung Zeus, nasib pastinya masih menjadi misteri. Kemungkinan besar, logam yang jadi bahan pembuat patung terdegradasi seiring berjalannya waktu.
Seperti keajaiban kuno lainnya, tidak ada momen akhir yang pasti.
Taman Gantung Babilonia
Terakhir, kita memiliki keajaiban yang paling unik: Taman Gantung Babilonia. Konon keberadaan Taman Gantung Babilonia ini masih diragukan hingga kini.
Taman ini dipercaya dibangun oleh Nebukadnezar II pada abad ke-7 Sebelum Masehi. Ia adalah salah satu raja terbaik Babilonia.
Sumber kuno menyatakan bahwa taman ini adalah bangunan yang menjulang tinggi dengan banyak tingkatan yang dipenuhi beragam tanaman. Taman ini memiliki sistem irigasi yang rumit.
Kombinasi keindahan dan kehebatan teknik inilah yang membuat Taman Gantung Babilonia mendapat tempat di antara tujuh keajaiban. Namun, meski beberapa penulis kuno berbicara tentang taman ini, tidak ada penulis yang pernah melihatnya.
Anehnya, Taman Gantung ini tidak disebutkan oleh sejumlah sumber yang membahas Babilonia. Seperti Herodotus atau catatan sejarah Aleksander Agung yang masih ada. Juga tidak ada teks Babilonia yang menunjukkan keberadaannya atau jejak apa pun dari taman tersebut di situs arkeologi modern Babilonia.
Beberapa orang percaya bahwa Taman Gantung ini ada di bagian kota yang belum digali. Teori lain menyatakan adanya miskomunikasi mengenai taman-taman asli yang dibangun oleh Raja Asyur Sanherib di tempat lain di Niniwe.
Taman Asiria ini didukung oleh bukti arkeologi dan deskripsi karya teknik yang luar biasa serta serangkaian tanaman eksotis yang cocok dengan deskripsi Taman Gantung.