Bagaimana Rasisme Mengakhiri Dominasi Eropa di Kekaisaran Jepang?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 7 November 2023 | 14:28 WIB
Pada awal abad ke-20, negara adidaya Rusia berkonflik dengan Kekaisaran Jepang. Dengan pecahnya Perang Rusia-Jepang, dunia akan melihat betapa hebatnya militer Kekaisaran Jepang. (Kuroki Hannosuke)

Bahaya Kuning (Yellow Peril)

Perang Rusia-Jepang kemungkinan besar tidak akan terjadi jika tidak karena banyaknya rasisme yang mendasarinya.

Selama paruh akhir abad ke-19, Eropa meningkatkan keterlibatannya di Tiongkok, khususnya melalui kesepakatan dan perjanjian perdagangan yang keras. Eropa tahu bahwa Tiongkok terlalu besar untuk ditaklukkan dan dikuasai secara langsung, tetapi masih banyak kekayaan yang bisa diambil dari Asia Timur.

Hal ini menyebabkan terciptanya “Bahaya Kuning”. Bahaya Kuning adalah sebuah kampanye rasis untuk tidak memanusiakan orang Asia Timur dan membela kepentingan kolonial Eropa di Tiongkok.

Kampanye ini dipelopori oleh Kaiser Wilhelm II dari Jerman. Wilhelm II memanfaatkan kedekatannya dengan Tsar Nicholas II dari Rusia untuk memastikan bahwa Rusia juga mempunyai sikap rasis terhadap Asia Timur. Wilhelm melihat dirinya dan Tsar sebagai “penjaga gerbang Eropa” melawan gelombang “gerombolan Mongol” berikutnya.

Ketika Pemberontakan Boxer terjadi di Tiongkok, Tsar mengerahkan sekitar 100.000-200.000 tentara untuk pergi ke Manchuria. Kemungkinan tentara tersebut dikirim untuk melindungi kepentingan Rusia.

Kekaisaran Jepang mencoba melobi dan menempuh jalur diplomatik dengan Rusia. Menyadari bahwa mereka tidak dapat mengusir Rusia secara militer, Jepang berusaha meminimalkan pengaruh Rusia di wilayah tersebut. Jepang juga memastikan Korea tetap berada dalam wilayah pengaruh Jepang.

Diplomasi Rasis

Selama persiapan Perang Rusia-Jepang, Kaiser Wilhelm II memprovokasi konflik di Timur Jauh untuk mencapai tujuannya sendiri di Eropa. Dia berharap dapat menjauhkan Rusia dari sekutunya, Prancis. Saat itu Prancis ingin Rusia membatasi ekspansinya ke wilayah timur.

Kampanye “Bahaya Kuning” juga sedang dilakukan oleh pemerintah Jerman saat itu. Tujuannya adalah untuk membuat penduduk Jerman dan Rusia menentang Asia.

Kini menjadi semakin jelas bahwa Jerman tidak memiliki niat yang tulus untuk diplomasi tentang Korea dan Manchuria.

Sementara itu, Wilhelm berulang kali berusaha untuk mendorong Nicholas berperang. Ia bahkan menyebutnya pengecut ketika Tsar tampaknya bersedia berkompromi dengan Jepang.