Bagaimana Rasisme Mengakhiri Dominasi Eropa di Kekaisaran Jepang?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 7 November 2023 | 14:28 WIB
Pada awal abad ke-20, negara adidaya Rusia berkonflik dengan Kekaisaran Jepang. Dengan pecahnya Perang Rusia-Jepang, dunia akan melihat betapa hebatnya militer Kekaisaran Jepang. (Kuroki Hannosuke)

Rusia juga menderita rasa percaya diri yang berlebihan karena jaminan bantuan dari Jerman. Juga karena keyakinan rasis bahwa Jepang atau kekuatan Asia tidak bisa mengalahkan kekuatan Eropa yang dianggap superior.

“Pada titik ini, pada bulan Februari 1904, Kekaisaran Jepang kehabisan kesabaran,” ungkap Collins. Kekaisaran Jepang memutuskan tidak akan lagi menyerah pada dugaan superioritas Rusia dan Eropa.

Yang mengejutkan seluruh dunia, Jepang menyatakan perang pada tanggal 8 Februari 1904. Deklarasi tersebut diawali dengan serangan mendadak Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terhadap Armada Rusia di Port Arthur. Perang Rusia-Jepang telah dimulai.

Perang Rusia-Jepang mengakhiri dominasi Eropa

Pembukaan Perang Rusia-Jepang benar-benar mengejutkan Rusia. Pasukan Rusia terjebak di wilayah timur.

Strategi Jepang mengandalkan pergerakan cepat dan merebut sebanyak mungkin wilayah di timur. Hal tersebut dilakukan sebelum Rusia mampu memobilisasi dan memindahkan pasukannya yang jauh lebih besar ke garis depan. Rusia berharap dapat menuntut perdamaian sebelum konflik yang panjang dan berlarut-larut terjadi.

Sejumlah kemenangan di Manchuria dan Tiongkok yang diduduki Rusia membuat Jepang percaya diri. Kekaisaran Jepang yakin bahwa mereka akan mencapai penyelesaian melalui negosiasi dari Rusia.

Namun, Tsar menolak untuk menerima bahwa “Rusia Putih yang Mulia” dapat dijatuhkan oleh kekuatan regional Asia. Tsar bahkan tidak akan mempertimbangkan kemungkinan penyelesaian perdamaian yang memalukan.

Sementara itu, meskipun secara publik dan politik mendukung pihak Rusia, Jerman tidak dapat ikut berperang. Pasalnya, ada aliansi antara Jepang dan Inggris.

Inggris setuju untuk ikut berperang jika ada kekuatan Eropa selain Rusia yang ikut campur. Oleh karena itu, Perang Rusia-Jepang menjadi pertarungan dua pihak tanpa intervensi pihak luar.

Meskipun secara publik dan politik mendukung pihak Rusia, Jerman tidak dapat ikut berperang. Pasalnya, ada aliansi antara Jepang dan Inggris. Inggris setuju untuk ikut berperang jika ada kekuatan Eropa selain Rusia yang ikut campur. (Ikeda Terukata/Museum of Fine Arts Boston )

Perang Rusia-Jepang memuncak dalam dua pertempuran besar, satu di darat dan satu lagi di laut. Pertempuran Mukden dimenangkan oleh Kekaisaran Jepang, meski mereka harus keluar dari Manchuria.

Namun pukulan terakhir yang paling melumpuhkan bagi Rusia terjadi di laut, yaitu Pertempuran Tsushima. Setelah mengerahkan sebagian besar armada Baltik ke Asia, Tsar bermaksud menghancurkan Angkatan Laut Jepang. Tsar juga berencana untuk memutus pasokan Jepang di daratan Asia.

Namun, dalam kemenangan yang mengejutkan dunia, Kekaisaran Jepang benar-benar menghancurkan armada Rusia. Rusia kehilangan sebelas kapal perangnya dan sebagian besar kapal lainnya.

Ketika Rusia benar-benar kalah, perang diakhiri dengan Perjanjian Portsmouth yang menguntungkan Kekaisaran Jepang. Sejak saat itu, tidak diragukan lagi bahwa Jepang telah melangkah ke panggung dunia. Di saat yang sama, Eropa tidak lagi menjadi saingan Jepang di luar negeri.