Sesuai namanya, Gerbang Ishtar didedikasikan untuk dewi Babilonia Ishtar, dewi kesuburan, cinta, perang, dan seks. Dia adalah mitra dari Inanna Sumeria dan personifikasi ilahi dari planet Venus.
Dari pintu masuk besar Gerbang Ishtar terdapat Jalan Prosesi, sebuah jalur yang dilapisi dengan relief pahatan singa, auroch (banteng), dan naga. Konon Nebukadnezar II memberi penghormatan kepada dewa-dewa Babilonia melalui representasi binatang.
Singa dikaitkan dengan Ishtar – sebagai dewi perang dan pelindung rakyatnya. Ishtar yang bersayap digambarkan memegang busur dan anak panah serta mengendarai kereta yang ditarik oleh tujuh singa. Sang dewi kadang-kadang ditampilkan berdiri di belakang seekor singa atau ditemani dua ekor singa.
Auroch adalah jenis sapi liar besar yang telah punah yang menghuni Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Sapi jantan muda diasosiasikan dengan Adad, dewa cuaca dalam sejarah Babilonia.
Adad mempunyai dua aspek, yaitu pemberi dan perusak kehidupan. Hujannya menyebabkan tanah menghasilkan biji-bijian dan makanan. Sedangkan badai dan topannya, yang menjadi bukti kemarahannya terhadap musuh-musuhnya, membawa kegelapan, kelaparan, dan kematian. Adad biasanya digambarkan mengacungkan petir dan berdiri di atas atau di samping seekor banteng.
Simbol naga di Gerbang Ishtar
Terakhir, naga (sirrush) merupakan representasi simbolis Marduk, dewa utama dalam sejarah Babilonia. Karakter asli Marduk tidak jelas tetapi ia kemudian dikaitkan dengan air, tumbuh-tumbuhan, penilaian, dan sihir. Menurut mitologi kuno, Marduk mengalahkan Tiamat, monster kekacauan dan dewi laut purba yang kawin dengan Abzu (dewa air tawar). Perkawinan keduanya menghasilkan dewa-dewa yang lebih muda.
Kehadiran ular-naga menjadi bahan perdebatan di kalangan peneliti. Menurut mereka, hewan mitos tersebut tidak cocok dengan patung-patung yang menggambarkan singa dan banteng yang hidup di masa itu.
Disebut sirrush atau mushussu (ular kemegahan), makhluk ini digambarkan memiliki tubuh ramping bersisik, dan ekor panjang bersisik. Kepala berupa kepala ular dengan lidah panjang bercabang.
Robert Koldewey, penemu Gerbang Ishtar, mempertimbangkan anggapan bahwa sirrush adalah gambaran binatang sungguhan. Ia berpendapat bahwa penggambarannya dalam seni Babilonia konsisten selama berabad-abad. Pada tahun 1918, Koldewey mengusulkan bahwa Iguanodon (dinosaurus dengan kaki belakang mirip burung) adalah yang paling mirip dengan sirrush.