Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah Babilonia, Gerbang Ishtar adalah pintu masuk utama ke Kota Babel. Gerbang ini dibangun atas perintah Raja Nebukadnezar II (605-562 SM). Pembangunannya merupakan bagian dari sang raja untuk menciptakan salah satu kota paling indah dan kuat di dunia kuno.
Gerbang ini dilapisi batu bata lapis lazuli yang akan membuat fasadnya bersinar seperti permata. Barisan relief singa, naga, dan auroch yang melambangkan dewa-dewa yang perkasa yang berprosesi. Gerbang ini menyiratkan bahwa Babilonia dilindungi dan dipertahankan oleh para dewa dan sebaiknya musuh tidak melawannya.
Penemuan gerbang kuno pada tahun 1902 oleh arkeolog Jerman Robert Koldewey disambut dengan kekaguman. Rekonstruksinya pada tahun 1930 mengungkapkan kemegahan arsitektur gerbang termegah dalam sejarah Babilonia itu.
Gerbang Ishtar bukan sekadar simbol pencapaian pembangunan bangsa Babilonia. Gerbang megah ini melambangkan keyakinan agama dan adat istiadat Kekaisaran Babilonia yang pernah berkuasa.
Gerbang Ishtar: simbol kemegahan Babilonia dan visi Nebukadnezar
Raja Nebukadnezar II (605 SM-562 SM) memerintahkan pembangunan Gerbang Ishtar pada sekitar tahun 575 SM. Pembangunan tersebut merupakan bagian dari rencananya untuk mempercantik ibu kota kekaisarannya.
Di bawah pemerintahan Nebukadnezar II, Babilon menjadi salah satu kota paling indah dalam sejarah dunia kuno. Dia memerintahkan rekonstruksi lengkap wilayah kekaisaran, termasuk membangun kembali Etemenanki ziggurat (Kuil Marduk). Selain itu, Taman Gantung Babilonia konon dibangun untuk istrinya yang rindu kampung halaman, Amyitis.
“Gerbang Ishtar tingginya hampir 12 meter dan memiliki ruang depan yang luas di sisi selatan,” tulis Joanna Gillan di laman Ancient Origins. Atap dan pintunya terbuat dari kayu cedar. Sedangkan batu bata di sekelilingnya dilengkapi dengan ubin enamel yang diperkirakan terbuat dari lapis lazuli. Lapis lazuli adalah batu semi mulia berwarna biru tua yang dianggap berharga sejak zaman dulu karena warnanya yang pekat.
Melalui pos jaga terdapat Jalan Prosesi, koridor beraspal bata merah dan kuning sepanjang lebih dari 800 meter. Dinding setinggi lebih dari 15 meter di setiap sisinya. Dindingnya dihiasi dengan lebih dari 120 gambar singa, banteng, naga, dan bunga, terbuat dari ubin berenamel kuning dan coklat. Terdapat prasasti berisi doa dari Raja Nebukadnezar kepada dewa utama Marduk.
Setiap tahun, patung dewa Marduk diarak melalui Gerbang Ishtar dan menyusuri Jalan Prosesi untuk perayaan Tahun Baru.
Penggambaran dewa di Gerbang Ishtar
Sesuai namanya, Gerbang Ishtar didedikasikan untuk dewi Babilonia Ishtar, dewi kesuburan, cinta, perang, dan seks. Dia adalah mitra dari Inanna Sumeria dan personifikasi ilahi dari planet Venus.
Dari pintu masuk besar Gerbang Ishtar terdapat Jalan Prosesi, sebuah jalur yang dilapisi dengan relief pahatan singa, auroch (banteng), dan naga. Konon Nebukadnezar II memberi penghormatan kepada dewa-dewa Babilonia melalui representasi binatang.
Singa dikaitkan dengan Ishtar – sebagai dewi perang dan pelindung rakyatnya. Ishtar yang bersayap digambarkan memegang busur dan anak panah serta mengendarai kereta yang ditarik oleh tujuh singa. Sang dewi kadang-kadang ditampilkan berdiri di belakang seekor singa atau ditemani dua ekor singa.
Auroch adalah jenis sapi liar besar yang telah punah yang menghuni Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Sapi jantan muda diasosiasikan dengan Adad, dewa cuaca dalam sejarah Babilonia.
Adad mempunyai dua aspek, yaitu pemberi dan perusak kehidupan. Hujannya menyebabkan tanah menghasilkan biji-bijian dan makanan. Sedangkan badai dan topannya, yang menjadi bukti kemarahannya terhadap musuh-musuhnya, membawa kegelapan, kelaparan, dan kematian. Adad biasanya digambarkan mengacungkan petir dan berdiri di atas atau di samping seekor banteng.
Simbol naga di Gerbang Ishtar
Terakhir, naga (sirrush) merupakan representasi simbolis Marduk, dewa utama dalam sejarah Babilonia. Karakter asli Marduk tidak jelas tetapi ia kemudian dikaitkan dengan air, tumbuh-tumbuhan, penilaian, dan sihir. Menurut mitologi kuno, Marduk mengalahkan Tiamat, monster kekacauan dan dewi laut purba yang kawin dengan Abzu (dewa air tawar). Perkawinan keduanya menghasilkan dewa-dewa yang lebih muda.
Kehadiran ular-naga menjadi bahan perdebatan di kalangan peneliti. Menurut mereka, hewan mitos tersebut tidak cocok dengan patung-patung yang menggambarkan singa dan banteng yang hidup di masa itu.
Disebut sirrush atau mushussu (ular kemegahan), makhluk ini digambarkan memiliki tubuh ramping bersisik, dan ekor panjang bersisik. Kepala berupa kepala ular dengan lidah panjang bercabang.
Robert Koldewey, penemu Gerbang Ishtar, mempertimbangkan anggapan bahwa sirrush adalah gambaran binatang sungguhan. Ia berpendapat bahwa penggambarannya dalam seni Babilonia konsisten selama berabad-abad. Pada tahun 1918, Koldewey mengusulkan bahwa Iguanodon (dinosaurus dengan kaki belakang mirip burung) adalah yang paling mirip dengan sirrush.
Akitu: festival Tahun Baru Babel dan prosesi ilahi dalam sejarah Babilonia
Relief patung singa, auroch, dan naga melambangkan dewa-dewa yang berkuasa. Relief ini memberikan pesan yang kuat kepada mereka yang memasuki kota bahwa Babilonia dilindungi dan dipertahankan oleh para dewa. Jadi, mereka sebaiknya tidak melawan para dewa.
Setiap musim semi, prosesi besar yang melibatkan raja, anggota istananya, pendeta, dan patung para dewa melewati Gerbang Ishtar. Mereka berjalan di sepanjang Jalan Prosesi menuju kuil “Akitu” untuk merayakan festival Tahun Baru.
Prosesi memesona para dewa dan dewi. Dengan mengenakan pakaian terbaiknya, semua duduk di atas kereta berhiaskan berlian. Prosesi ini dimulai di Kasikilla, gerbang utama Esagila (kuil yang didedikasikan untuk Marduk). Lalu berlanjut ke utara sepanjang jalan prosesi Marduk melalui Gerbang Ishtar.
Nama 'Akitu' berasal dari bahasa Sumeria yang berarti "barley". Perayaan ini menandai penaburan barley di musim gugur dan pemotongan barley di musim semi.
Festival Akitu dilanjutkan sepanjang periode Seleukia (312 – 63 SM) dan hingga periode Kekaisaran Romawi. Kaisar Romawi Elagabalus (memerintah 218-222), yang berasal dari Suriah, bahkan memperkenalkan festival ini di Italia.
Sejumlah festival musim semi Timur Dekat kontemporer masih ada hingga saat ini. Masyarakat Iran secara tradisional merayakan tanggal 21 Maret sebagai Noruz (Hari Baru). Sedangkan Kha b-Nissan adalah nama festival musim semi yang dirayakan di kalangan masyarakat Asyur pada tanggal 1 April.
Upaya restorasi dan pelestarian Gerbang Ishtar
Kini Gerbang Ishtar sedang menjalani restorasi yang dipimpin oleh World Monuments Fund (WMF). Dimulai pada tahun 2018 dan dijadwalkan selesai pada tahun 2023, proyek ini berfokus pada penyelesaian beragam tantangan. Salah satunya adalah masalah fluktuasi permukaan air tanah yang berdampak pada kelembapan pasangan bata, sekaligus menjaga material asli gerbang.
Pada tahun 2022, restorasi fasad utara gerbang telah diselesaikan. Restorasi ini melibatkan penggantian batu bata dan konsolidasi pasangan bata. Pengerjaan fasad selatan yang sedang berlangsung diharapkan selesai pada tahun 2023. Sedangkan rencana pariwisata diproyeksikan selesai pada tahun 2024.