Menyelisik Jalinan Antara Perairan dan Budaya di Minahasa yang Jadi Tuan Rumah Minahasa Wakefest 2023

By Fathia Yasmine, Jumat, 17 November 2023 | 14:04 WIB
Lanskap Danau Tondano (DOK. Shutterstock)

Baca Juga: Jadi Tuan Rumah Minahasa Wakefest 2023, Tondano Siap Tunjukkan Pesonanya

Menariknya, menjadi seorang Tonaas tidak memerlukan persyaratan usia ataupun gender.

Sebab, persyaratan Tonaas hanya terdiri dari tiga indikator, yakni ngaasan (kecerdasan intelektual dan wawasan tentang negeri), ngetean (kepekaan terhadap sesama), dan keter (kuat secara fisik dan mental).

“Biasanya, setiap taranak (klan) akan mengutus orang terbaik mereka. Apabila berhasil menduduki jabatan ini, seorang Tonaas harus siap untuk jadi garda penyerang paling depan ketika ada perang atau konflik,” lanjutnya.

Sistem pemerintahan Tonaas sendiri tersebar merata di berbagai wilayah Minahasa. Salah satunya, di sekitar Danau Tondano.

Baca Juga: Keindahan Danau Tondano Jadi Tuan Rumah WakeFest Minahasa 2023

Di area ini, terdapat banyak pemukiman yang dihuni oleh beberapa keluarga besar. Beberapa desa umumnya terletak berdampingan, serta masih memiliki keterikatan darah (geneologis).

“Wanua yang terikat secara geneologis dan berdampingan disebut Walak. Di Tondano itu, wilayahnya disebut Walak Tondano Toliang dan Tolimambot,” ungkap Rikson.

Meski berdekatan, walak memiliki ukuran yang lebih besar dari kecamatan. Walak Toliang dan Tolimambot sendiri dipisahkan oleh Sungai Tondano.

“Di sana, ada juga masyarakat yang tinggal di pulau pesisir. Mereka adalah suku Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Tondano, Tonsawang, Pasan, dan Bowontehu,” papar Rikson.

Danau Tondano sebagai sentra budaya dan sumber keberkahan

Danau Tondano (DOK. Shutterstock)