Pada saat ia berusia 32 tahun, Hewitt menjelaskan, “Aleksander telah mengatasi rintangan yang luar biasa dan membangun kekaisaran terbesar yang pernah ada di dunia.”
Perbuatannya saja sudah menjadi alasan yang jelas mengapa kita menganggapnya sebagai 'Yang Agung'. Belum cukup, ada lebih banyak warisan Aleksander selain kemampuannya memperluas perbatasan di peta.
Aleksander Sang Dewa
Pencapaian luar biasa Aleksander seakan tak jauh dari kesan ilahi. Konsep ketuhanan Aleksander memainkan peran penting dalam ideologi pribadinya dan warisannya, namun sulit untuk menentukan dari mana konsep tersebut pertama kali muncul.
Salah satu sumbernya adalah ibunya, Olympias. Hawitt menjelaskan, konon ibunya mengklaim bahwa Zeus adalah ayah sejati Aleksander. Pada malam konsepsinya, ia melihat kilat yang menyulut api.
“Penonton modern wajar meragukan klaim bahwa Raja Dewa Olympus adalah ayah sejati Aleksander, namun kepercayaan itu tentu ada selama hidup Aleksander,” jelas Hawitt.
Aleksander bahkan mempromosikan dan mendukung klaim tersebut. Mata uang Aleksander sering merujuk pada hubungannya dengan dewa-dewa atau pahlawan lain seperti Apollo, Heracles, dan Achilles.
Pada 327 SM, ia meminta beberapa sahabatnya untuk memberi hormat kepadanya seolah-olah dia adalah dewa yang hidup. Aleksander tidak hanya memupuk status istimewanya, tapi juga secara aktif menganiaya mereka yang menyangkalnya.
Kematian dan Suksesi Aleksander Agung
Pada 323 SM, Aleksander merencanakan ekspansi lebih lanjut ke Arab, Afrika Utara, dan mungkin ke daratan Eropa. Namun, pada Juni 323 SM, ia jatuh sakit dan meninggal beberapa hari kemudian.