Sejarah Dunia Kuno: Penemuan Sumeria yang Mengubah Kehidupan Manusia

By Tri Wahyu Prasetyo, Rabu, 22 November 2023 | 11:00 WIB
Bangsa Sumeria orang-orang yang inovatif, inventif, serta imajinatif. Jadi, tentu bukan tanpa alasan para sejarawan dan arkeolog menyebut Mesopotamia sebagai tempat lahirnya peradaban. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Manusia modern sering kali menganggap diri mereka sebagai yang paling maju sepanjang sejarah dunia. Tak banyak yang menyadari bahwa sebagian besar alat dan teknologi yang saat ini berakar dari kebudayaan dalam sejarah dunia kuno.

Sejarawan Universitas Negeri Sam Houston, Lauren Lewis, menjelaskan bahwa tulisan, matematika, dan satuan pengukuran dimulai dari peradaban paling awal di dunia: Sumeria

“Terletak di antara sungai Tigris dan Eufrat di Irak modern, Sumer adalah pemukiman negara kota yang berkembang di awal Zaman Perunggu dan penemuan-penemuan Sumeria ini merevolusi dunia dan terus membentuk kehidupan kita saat ini,” kata Lauren.

Penemuan Tulisan Bangsa Sumeria

Tablet tanah liat beraksara paku tentang bir, 3100-3000 SM. (Via British Museum)

Kontribusi paling penting dari bangsa Sumeria kuno adalah sistem tulisan mereka: aksara paku. Aksara paku atau cuneiform pertama kali dikembangkan pada tahun 3500 SM untuk memastikan komunikasi yang akurat selama perdagangan jarak jauh.

Para pedagang perlu memastikan bahwa biji-bijian, hewan, dan barang-barang lainnya dikirimkan kepada orang yang tepat dalam jumlah yang tepat. Tugas ini bisa jadi menakutkan jika hanya dilakukan dari mulut ke mulut.

“Perkembangan bahasa tertulis memungkinkan para pedagang untuk berkomunikasi dengan pedagang dan konsumen mereka dalam jarak yang sangat jauh,” kata Lauren.

Menulis menjadi bentuk seni yang ekspresif. Puisi epik Sumeria, “The Epic of Gilgamesh”, salah satu karya sastra pertama yang tercatat. Ia telah mempengaruhi sastra selama ribuan tahun.

Tulisan-tulisan Sumeria lainnya merupakan karya-karya yang kompleks secara emosional. Sering kali mencerminkan tema-tema cinta, ketakutan, harapan, dan kematian.

Para arkeolog bahkan telah menemukan "buku teks" yang digunakan untuk melatih para juru tulis. "Buku-buku pelajaran" ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai pengetahuan bangsa Sumeria tentang geografi, alam, dan mineralogi.

Banyak peradaban kuno yang menggunakan dan mengadopsi tulisan paku selama ribuan tahun. Hal ini mempengaruhi bahasa-bahasa lain termasuk bahasa Akkadia, Babilonia, Het, dan Persia Kuno. 

Pada akhirnya, Lauren menjelaskan, “sistem penulisan berbasis alfabet menggantikan paku sebagai sistem penulisan yang paling banyak digunakan di dunia, tetapi perkembangan bahasa tertulis di dunia beradab awal bertumpu pada paku.”

Perkembangan Matematika dan Sistem Bilangan

Plimpton 322, tablet Babilonia yang mencantumkan daftar tripel Pythagoras, 1800 SM. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Sama seperti tulisan paku, sistem angka Sumeria berkembang sebagai kebutuhan perdagangan. Sistem bilangan Sumeria adalah sistem bilangan sexagesimal, atau sistem bilangan basis 60. 

Para sejarawan dan ahli matematika percaya bahwa bangsa Sumeria menggunakan sistem basis 60 karena memiliki jumlah pembagi yang banyak dan dapat dengan mudah direpresentasikan menggunakan jari.

Dalam matematika modern, 60 adalah sistem pembagian yang populer. Misalnya, 60 detik dalam satu menit, 60 menit dalam satu jam, 360 derajat dalam satu lingkaran (60 x 6).

“Dengan menggunakan sistem dasar 60, bangsa Sumeria membuat tabel penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian,” jelas Lauren. “Pengetahuan ini kemudian berkembang menjadi persamaan geometris, konstruksi aritmatika, dan sistem pengukuran standar.”

Sama seperti tulisan paku, sistem matematika Sumeria memengaruhi sistem angka dan pengukuran peradaban selanjutnya.

Obat-obatan Pertama di Dunia

Gambaran segel silinder para dokter dari Ur-Iugal-Edinna, 2000 SM. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Seperti pada kebanyakan budaya sejarah dunia kuno, kehendak para Dewa mendorong pemahaman manusia tentang sebagian besar penyakit yang menimpa mereka. Hal yang sama juga terjadi pada dunia kedokteran.

Dokter-dokter Sumeria kuno kerap mengaitkan suatu penyakit dengan tindakan pasien dan meresepkan pengakuan atau persembahan kepada dewa atau dewi yang tepat. Meskipun demikian, dokter Sumeria juga memberikan resep medis.

Lauren menjelaskan, ada dua jenis dokter Sumeria: Asu dan Asipu. Asu adalah dokter yang mempraktikkan pengobatan terapeutik dan memberikan perawatan medis kepada pasien.

Asipu mempraktikkan pengobatan religius dan mengobati penyakit pasien mereka melalui resep agama (pengakuan dosa, memakai jimat untuk mengusir roh jahat, atau memberikan persembahan kepada dewa atau dewi yang tersinggung).

Meskipun kedua sekte dokter ini tampaknya bekerja dari filosofi yang berlawanan, tidak ada bukti bahwa yang satu lebih penting dari yang lain.

“Para sejarawan percaya bahwa mereka mungkin telah bekerja sama untuk menyembuhkan pasien secara fisik dan spiritual,” kata Lauren.

Para dokter Sumeria kuno menggunakan ramuan herbal, salep, dan pengobatan alami lainnya untuk mengobati berbagai penyakit. 

Merujuk tulisan pada tablet yang masih ada, para dokter memiliki pengetahuan tentang pengobatan untuk segala hal, mulai dari sakit dan nyeri ringan hingga kesehatan seksual pria dan wanita. 

Para dokter kuno juga memahami bahwa kebersihan dan kesehatan saling berkaitan. Para dokter akan membersihkan tangan mereka sebelum melakukan pemeriksaan atau operasi kecil.

Penemuan Teknologi Pertanian Bangsa Sumeria

Litograf kuno yang diperkirakan menggambarkan pertanian bangsa Sumeria Kuno. (History)

Satu hal yang tak boleh terlewat ketika sedang membahas penemuan Sumeria adalah teknologi pertanian. 

Bangsa Sumeria kuno menggunakan irigasi buatan untuk menyediakan air bagi pertanian. Awalnya, sistem irigasi terdiri dari kanal-kanal yang mengalirkan air dari sungai langsung ke ladang.

Di sekitar kota kuno Uruk, para arkeolog telah menemukan sisa-sisa kanal dan waduk besar. Pompa air yang dioperasikan dengan tangan yang disebut shaduf juga telah ada di wilayah ini sejak sekitar 3000 SM.

Menurut Lauren, tanah di wilayah ini cenderung mengering dan retak. Untuk mengatasinya, bangsa Sumeria menciptakan alat bajak sekitar 3000 SM. 

“Sebuah tim petani membantu mengarahkan bajak yang ditarik lembu. Satu orang menuntun hewan-hewan tersebut, yang lain menjatuhkan benih ke dalam parit, dan yang ketiga memandu bajak menembus tanah.”

Dalam tablet Petunjuk untuk Petani, kita juga dapat melihat pengetahuan luas yang dimiliki bangsa Sumeria tentang pertanian. 

Pertanian Sumeria juga jauh lebih maju daripada yang diyakini sebelumnya. Saluran air Sumeria mendahului konstruksi Romawi selama ratusan tahun. 

“Pengetahuan mereka tentang rotasi tanaman, pembajakan, dan kerja sama tim untuk mencapai keberhasilan dalam memproduksi biji-bijian yang berlimpah membuat bangsa Sumeria berbeda dengan peradaban-peradaban awal lainnya di dunia kuno,” jelas Lauren.