Tren Kecantikan Sejarah Dunia Kuno yang Aneh untuk Dunia Kini

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 4 Desember 2023 | 07:00 WIB
Keringat gladiator Romawi kuno digunakan untuk perawatan wajah dalam sejarah dunia kuno. (Arkeonews)

Selama ratusan tahun, wanita Jepang diketahui mewarnai giginya menjadi hitam dengan zat yang disebut kanemizu. Sejarawan percaya bahwa larutan tersebut dibuat dari campuran logam, seperti serbuk besi. Dikombinasikan dengan cuka dan tanin, berasal dari sayuran atau teh tertentu. 

Gigi menghitam ini kemungkinan besar pertama kali muncul sebagai praktik yang dimaksudkan untuk melindungi email gigi dan mencegah masalah kebersihan mulut lainnya, seperti penyakit gusi.

Menghitamnya gigi, disebut juga ohaguro, dianggap memikat dan indah. Hal ini dilakukan oleh wanita berusia di atas 18 tahun untuk menunjukkan kedewasaan. Meskipun penghitaman gigi biasanya dilakukan pada masa pubertas sebagai tanda kedewasaan, hal ini juga digunakan karena daya tariknya terhadap kecantikan dan mode, sehingga menjadikannya tren yang menarik.

Namun, kebiasaan tersebut sebagian besar telah hilang saat ini, setelah diperkenalkannya standar kecantikan Barat pada era kolonial. Namun, penghitaman gigi masih terus terjadi di kalangan kelompok minoritas di Tiongkok, Kepulauan Pasifik, dan Asia Tenggara. 

Meskipun dilarang oleh pemerintah Meiji Jepang pada tahun 1870, ohaguro muncul kembali di zaman modern di beberapa daerah pedesaan di Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Meskipun praktik ini lebih umum terjadi di kalangan wanita berusia lanjut, beberapa wanita muda masih melakukan praktik tersebut.

Praktik Penumpahan Darah 

Praktik menumpahkan darah dalam tradisi kedokteran pada abad pertengahan. (Public Domain)

Tren kecantikan lain yang menarik namun sedikit mengerikan sepanjang sejarah dunia kuno adalah praktik penumpahan darah (bloodletting). Penumpahan darah telah lama menjadi praktik pengambilan darah dari tubuh manusia. Biasanya dianggap mengembalikan keseimbangan dan menghilangkan “humor” berlebih.

Salah satu bapak kedokteran, Hippocrates, percaya bahwa penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan empat humor dasar. Perawatan terdiri dari membuang kelebihannya dengan berbagai cara seperti penumpahan darah.

Orang Mesir kuno, Yunani, Romawi, Arab, dan Asia semuanya melakukan penumpahan darah setidaknya sejak 3.000 tahun yang lalu. Di era Renaisans, penyakit ini menjadi sangat lazim di seluruh Eropa. Teknik ini tetap digunakan sebagai pengobatan sampai akhir abad ke-19. 

Penumpahan darah dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti venasi atau skarifikasi. Tapi lintah adalah metode yang sangat umum untuk mengeluarkan darah. Lintah obat dapat menelan darah hampir sepuluh kali lipat beratnya.

Penumpahan darah dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Digunakan untuk segala hal mulai dari pneumonia dan kejang hingga penyakit mental dan “histeria wanita.”