Tren Kecantikan Sejarah Dunia Kuno yang Aneh untuk Dunia Kini

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 4 Desember 2023 | 07:00 WIB
Keringat gladiator Romawi kuno digunakan untuk perawatan wajah dalam sejarah dunia kuno. (Arkeonews)

Namun, selain menyembuhkan pasien yang sakit, penumpahan darah juga telah dilihat sebagai tren kecantikan sepanjang sejarah kuno. Di berbagai budaya dan masyarakat, misalnya di Inggris pada masa Elizabeth penampilan kulit pucat adalah hal yang paling digemari.

Riasan adalah cara paling umum untuk mendapatkan tampilan ini. Namun, penumpahan darah terkadang juga digunakan. Menjalani penumpahan darah dapat membuat pasien menjadi pucat dan banyak wanita mencarinya karena alasan ini.

Pengikatan Kaki Selama Ribuan Tahun di Tiongkok 

Mengikat kaki mungkin merupakan salah satu tren kecantikan paling aneh dalam sejarah. Bisa dibilang, itu adalah hal yang paling menyakitkan. Selama berabad-abad, kaki wanita Tiongkok diikat sejak usia dini. Tujuannya adalah untuk mendapatkan “teratai emas” berukuran tiga inci yang mungil.

Latihan ini benar-benar mengubah bentuk kaki. Meskipun tidak ada kepastian kapan pengikatan kaki dimulai, beberapa bukti paling awal mengenai hal ini berasal dari makam Lady Huang Sheng, yang meninggal pada tahun 1243.

Para arkeolog menemukan sepatu teratai yang disulam dengan desain yang elegan, dirancang untuk kakinya yang kecil. Sepatu ini hanya berukuran panjang tiga inci. Mereka sering kali dibuat untuk wanita oleh suami atau kekasihnya. 

Pengikatan kaki, yang dimulai sebagai dorongan gaya, menjadi ekspresi identitas Han setelah invasi Mongol pada tahun 1279. (Wikimimedia Commons)

Sepatu, serta miniatur kakinya, sangat dihargai. Bahkan perempuan terkaya dan paling berkuasa pun harus bekerja keras untuk mempertahankannya. Namun praktik mengikat kaki sangatlah menyakitkan dan sangat berbahaya.

Pertama, kaki dicelupkan ke dalam air panas, dan semua jari kaki kecuali yang besar dipatahkan dan diikat rata pada sol. Lengkungan kaki menjadi tegang saat kaki ditekuk.

Terakhir, kaki diikat menggunakan strip sutra panjang. Strip ini dilepas dan diganti setiap dua hari untuk mencegah infeksi. Namun hal ini tidak selalu terjadi.

Banyak gadis juga terpaksa berjalan jauh dengan kaki terikat. Seiring berjalannya waktu, balutannya menjadi semakin rapat. Mereka mendekatkan tumit dan sol dan mempercepat prosesnya. Setelah dua tahun, prosesnya dianggap selesai.

Dampak pengikatan kaki cukup signifikan di seluruh Tiongkok. Hal ini kemungkinan besar muncul dari kekuatan sosial yang menundukkan perempuan. Dan itu adalah hal yang lumrah. 

Pengikatan kaki memberikan contoh mengejutkan tentang bagaimana fesyen wanita dan praktik kecantikan tradisional dapat merusak dan membahayakan. Meski dilarang pada tahun 1911, praktik mengikat kaki masih bertahan di beberapa wilayah terpencil di Tiongkok.