Jelajah Cagar Alam Bukit Sapat Hawung 2023: Enigma Terra Incognita

By National Geographic Indonesia, Minggu, 3 Desember 2023 | 12:00 WIB
Medan yang cukup sulit menjadikan tantangan tersendiri bagi tim untuk menjelajah Cagar Alam Sapat Hawung. Medan melalui Sungai Barito yang berarus deras dan perbukitan yang terjal. (BKSDA Kalimantan Tengah)

Menurut Daryan, ada kemungkinan keberadaan badak di Kalimantan Tengah. Masyarakat di Desa Kelasin ada yang menyimpan gigi badak. Selain itu juga cerita nenek moyang, pernah melihat badak sedang berkubang di daerah Keramu meski tidak tahu jenisnya, badak sumatra atau badak jawa.

Sementara itu, Teguh Willy Nugroho, avifauna specialist, PEH Balai TN Sebangau mengestimasi kemungkinan akan mendapatkan 80 jenis burung. Pada hari ke-14, ia menginventarisasi dapatlah 97 jenis. Jumlah yang sangat banyak menurut pengalaman Teguh.

Setiap malam, tim melakukan observasi dan pendataan setiap spesimen yang ditemukan langsung dipimpin oleh Sadtata di tenda. (BSKDA Kalimantan Tengah)

Dari kisah dan antusiasme para peneliti selama 21 hari di lapang dari mulai perjalanan, akhirnya tim menyusun angka untuk sebuah inventarisasi flora fauna.

Tim peneliti flora menemukan 93 spesies dari 14 famili, 16 spesies di antaranya berporensi sebagai spesies baru yang akan diuji selanjutnya. Sejumlah 40 spesies merupakan tumbuhan hias dan sisanya memerlukan identifikasi untuk mengetahui proseps sebagai tumbuhan obat (bioprospeksi).

Dari tim herpetofauna menemukan 40 spesies,  23 spesies amfibi (6 famili) dan 17 spesies reptil (9 famili). Beberapa spesies di antaranya endemik Kalimantan. Ada kemungkinan catatan tambahan dari daftar spesies herpetofauna bila penjelajahan dilanjutkan. Sedangkan dari tim avifauna terindikasi sebanyak 97 spesies dari 37 famili berbeda.

Dua spesies di antaranya belum teridentifikasi persis. Hal menarik dari laporan peneliti avifauna yaitu menemukan burung dari famili Nectariniidae (kelompok burung madu) pada ketinggian 800 mdpl.

Sapat Hawung Memanggil

Saat artikel ini ditulis, tim peneliti masih dalam proses untuk mengidentifikasikan spesies flora fauna  yang ditemukan selama ekspedisi. Beberapa jenis yang terindikasi spesies baru, dalam proses observasi dan penyusunan jurnal.

Pekerjaan setelah ekspedisi adalah proses tersendiri yang membutuhkan keheningan, ketekunan dan akan dihantui rasa jenuh setelah euforia perjalanan.

Sebagaimana pada awal disebutkan Sadatata ketika memulai Jelajah Cagar Alam Sapat Hawung, targetnya bukan hanya sekadar inventarisasi saja. Inventarisasi adalah capaian yang bisa diukur matematis. Ada target lain yaitu mengembangkan penelitian dan penjelajahan di wilayah-wilayah blank spot atau wilayah yang belum pernah dijelajahi.

“Menemukan spesies baru hampir pasti nemu, karena belum pernah dijelajahi. Yang tak kalah penting, kami ingin membangkitkan semangat para pemangku kewenangan. Ini loh yang belum kita kerjakan, belum cukup kita pahami. Yang menggoda para peneliti luar untuk eksplorasi lalu dipubliskasikan,” tandasnya.