Napoleon Bonaparte dan Kisah Cinta dengan Josephine yang Penuh Gejolak

By Sysilia Tanhati, Minggu, 10 Desember 2023 | 18:00 WIB
Dalam sejarah dunia, Napoleon Bonaparte dipuja sebagai pahlawan sekaligus tiran. Ia membawa Prancis bangkit dari puing-puing Revolusi menuju perdamaian dan stabilitas politik. Di sisi lain, hubungan asmaranya menarik perhatian banyak pihak hingga kini. (Jacques-Louis David )

Napoleon bertemu Josephine pada jamuan makan malam masyarakat pada akhir tahun 1795. Bagi Napoleon yang merasa tidak aman, Josephine memberinya pengalaman seksual, hubungan sosial, dan ikatan aristokrat. Ia juga kerap melontarkan pujian yang melambungkan Napoleon.

Josephine awalnya tidak tertarik untuk menikah. Namun seiring dengan meningkatnya kedudukan militer Napoleon, ia pun mulai menyerah. Bagi Josephine, Napoleon memberikan keamanan dan stabilitas finansial setelah keluar dari penjara.

Mereka menikah dalam upacara sipil pada bulan Maret 1796. Dua hari kemudian, Napoleon berangkat untuk memimpin tentara Prancis ke Italia. Peristiwa ini merupakan awal dari serangan militer yang akan membentuk kembali lanskap politik Eropa. “Juga melambungkan nama Napoleon Bonaparte dalam sejarah dunia,” tambah Bains. Josephine dan Napoleon berpisah untuk pertama kalinya karena serangan militer ini.

Kecintaan Napoleon terhadap Josephine terlihat jelas dari banyaknya surat yang dia tulis untuk istrinya saat dia pergi. Terkadang, Napoleon mengirimkan lebih dari satu surat dalam sehari. Kata-katanya berfluktuasi antara rindu, nafsu, posesif, hinaan, dan tuduhan.

Sejarawan Adam Zamoyski menggambarkan surat-surat Napoleon dari Italia sebagai ungkapan “kegilaan remaja” yang menurut Josephine “konyol dan memalukan”.

Pecinta mimpi dan perceraian

Patut dipertanyakan apakah sosok wanita yang dicintai Napoleon Bonaparte itu pernah ada. Sejarawan Kate Williams menggambarkan bagaimana Josephine mengubah dirinya menjadi kekasih impiannya dengan menonjolkan atribut femininnya. Di sisi lain, ia menekan kecerdasan dan ambisinya.

Jarangnya jawaban Josephine membuat Napoleon kesal. Pasalnya, Josephine segera mencari kekasih lain setelah ditinggal Napoleon. Sang jenderal juga memulai banyak hubungan. Hal ini akhirnya mendorong Josephine untuk akhirnya membalas kerinduan yang telah ditunjukkannya padanya. Ketika Napoleon tetap “suam-suam kuku”, dia menanggapinya dengan pengeluaran besar-besaran dan kekerasan emosional. Josephine perlahan-lahan menarik diri dan memikirkan perceraian.

Napoleon tidak melanjutkan perceraiannya namun malah memaafkan Josephine. Namun ada alasan lain mengapa ia tidak menceraikan Josephine. Memiliki keluarga meningkatkan kekuatan politiknya dan keterampilan diplomatik istrinya sangat berharga. Dia populer dan memberikan keanggunan serta etiket yang tidak dimiliki Napoleon.

Josephine mewujudkan kekuatannya dengan selera berpakaian, perilaku, koleksi seni, dan perhiasannya yang menyaingi milik Marie Antoinette. Seperti yang dikatakan Napoleon, “Saya memenangkan pertempuran, tetapi Josephine memenangkan hati.”

Hubungan yang penuh badai

Pada tahun 1800, Josephine mengetahui keseimbangan kekuatan dalam hubungan mereka telah berubah. Ketidakpopulerannya di kalangan keluarga Napoleon dan pernikahan sipil (versus agama) membuat posisinya semakin genting. Josephine mengubah caranya, berupaya untuk memajukan perjuangannya, namun sikapnya telah berubah. Napoleon menempatkan Josephine di bawah kendali yang mencekik. Sang suami mengekang kebebasan sosialnya, meneriakinya di depan umum, dan menyiksanya dengan rincian urusannya.