Mitologi Tiongkok: Kisah Keabadian Ibu Ratu dari Barat dan Sun Gokong

By Sysilia Tanhati, Minggu, 31 Desember 2023 | 15:00 WIB
Dalam mitologi Tiongkok, Xiwangmu adalah ibu suri dari Barat yang berkaitan erat dengan keabadian, khususnya buah persik keabadian. (Jin Tingbiao)

Nationalgeographic.co.id—Xiwangmu atau dikenal juga sebagai ibu suri dari Barat, adalah dewi dalam jajaran Tao.

Xiwangmu dianggap sebagai salah satu dewi paling menonjol dalam mitologi Tiongkok awal. Ia terus menjadi dewi yang penting dalam tradisi Tiongkok di masa-masa berikutnya.

Karena signifikansinya dalam kepercayaan rakyat Tiongkok, Xiwangwu muncul dalam banyak mitos dan legenda.

Beberapa legenda mengisahkan bahwa tokoh sejarah tertentu berkesempatan bertemu dengan Xiwangmu. Xiwangwu masih dipuja oleh masyarakat Tionghoa hingga saat ini dan bahkan telah dimasukkan ke dalam budaya populer.

Sang ibu sekaligus monster

Penyebutan Xiwangmu yang paling awal ditemukan dalam Shanhaijing. Tradisi menyatakan bahwa karya ini ditulis pada masa semi-mitos Dinasti Xia.

Sebaliknya, para sarjana modern percaya bahwa Shanhaijing disusun dalam jangka waktu yang lama. “Penulisannya diperkirakan dimulai sejak periode Negara-Negara Berperang hingga awal Dinasti Han,” ungkap Wu Mingren di laman Ancient Origins.

Xiwangmu dikatakan tinggal di Yushan atau Gunung Giok. Shanghaijing menampilkan Xiwangmu sebagai sosok yang kuat dan menakutkan.

Alih-alih dewi, Xiwangmu digambarkan mirip monster. Meski Xiwangmu digambarkan bertubuh manusia, ia memiliki ekor macan tutul dan taring harimau. Selain itu, dia memakai mahkota di atas rambutnya yang kusut.

Xiwangmu juga dikatakan memimpin bencana langit dan lima kekuatan penghancur, sehingga menjadikannya karakter yang berbahaya dan tidak menguntungkan.

Xiwangmu dipercaya mempunyai kekuatan untuk menimbulkan bencana alam, termasuk banjir, kelaparan, dan wabah penyakit.

Transformasi menjadi abadi Xiwangmu dalam mitologi Tiongkok

Seiring berjalannya waktu, Xiwangmu dikatakan telah bertobat. Karena itu, ia berubah dari monster ganas menjadi dewi abadi. Atribut keji dari Xiwangmu dibuang dan ia ditampilkan sebagai manusia seutuhnya.

Dalam satu contoh, dia digambarkan memiliki rambut berwarna putih, menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita tua. Meskipun Xiwangmu mempertahankan kekuatannya, dia berubah menjadi kekuatan yang baik hati, bukan kekuatan yang jahat.

Menurut beberapa versi mitos, Xiwangmu menjadi permaisuri Kaisar Langit, salah satu dewa terpenting dalam kepercayaan Tiongkok.

Sebagai istri Kaisar Langit, Xiwangmu dikatakan sebagai ibu dari banyak dewa, tiga dewa terpenting adalah Zhusheng Niangniang, Yanguang Niangniang, dan Zhinu.

Yang pertama adalah dewi kesuburan yang bantuannya dicari oleh pasangan yang ingin memiliki anak, sedangkan yang kedua adalah pelindung orang buta. Yang ketiga diabadikan dalam salah satu cerita rakyat Tiongkok yang paling terkenal, 'Penggembala Sapi dan Gadis Penenun'.

Alam dewi

Dalam banyak hal, Xiwangmu terkenal tinggal di Gunung Kunlun. Salah satu representasi alam dewi terlihat pada lampu tembikar dari abad ke-1 atau 2 Masehi.

Xiwangmu adalah tokoh sentral dari artefak ini dan ditampilkan duduk di atas takhta. Singgasana sang dewi diapit oleh bulan dan matahari, yang mewakili dua kekuatan kosmik Yin dan Yang. Ia didampingi oleh tiga pengikutny. Mereka adalah kelinci yang menumbuk ramuan keabadian, burung berkaki tiga, dan rubah berekor sembilan.

Di bawah sang dewi ada dua pemohon dengan tongkat berlutut di depan pintu yang terbuka. Ada anggapan bahwa pintu tersebut melambangkan pintu masuk ke alam keabadian, yang dipimpin oleh dewi.

Di atas sang dewi terdapat sebuah genderang di punggung makhluk kucing yang di atasnya terdapat payung kanopi. Di bawah penabuh genderang ada sepasang petugas pembawa cangkir di punggung harimau.

Kumpulan ini didukung oleh makhluk mirip beruang, yang berdiri di atas seekor kura-kura raksasa. Gambaran ini mencerminkan keyakinan bahwa Gunung Kunlun bertumpu pada punggung kura-kura.

Perjamuan persik dalam mitologi Tiongkok

Xiwangmu terkait erat dengan rahasia keabadian, khususnya buah persik keabadian. Dalam mitologi Tiongkok, buah persik ini dikenal juga sebagai pantao, yang berarti persik datar. Buah persik keabadian ini konon tumbuh di taman Xiwangmu.

Menurut salah satu versi cerita, pohon persik berbuah setiap 3.000 tahun sekali. Sebuah perjamuan mewah akan diselenggarakan oleh sang dewi untuk merayakan peristiwa yang menggembirakan tersebut. (Los Angeles County Museum of Art)

Nationalgeographic.co.id—Menurut salah satu versi cerita, pohon persik berbuah setiap 3.000 tahun sekali. Sebuah perjamuan mewah akan diselenggarakan oleh sang dewi untuk merayakan peristiwa yang menggembirakan tersebut.

Perjamuan seperti itu juga diyakini diadakan pada hari ulang tahun Xiwangmu dalam mitologi Tiongkok. Dalam beberapa representasi artistik Xiwangmu, pelayan dewi ditampilkan memegang buah persik. Selain itu, Perjamuan Persik adalah subjek populer di kalangan seniman Tiongkok.

Kisah paling terkenal mengenai perjamuan Xiwangmu terdapat dalam Perjalanan ke Barat. Dalam kisah ini, Sun Gokong (Raja Kera), ditunjuk oleh Kaisar Langit untuk menjadi pelindung buah persik.

Pada hari pertama bekerja, Sun Gokong mengetahui bahwa ada 3.600 pohon persik di kebunnya. Dalam beberapa hari berikutnya, Sun Gokong yang nakal mengabaikan tugasnya. Ia juga mencuri buah persik yang paling berharga, yaitu buah persik yang matang setiap 9.000 tahun sekali. P

Pelanggaran Sun Gokong baru disadari ketika Xiwangmu mengirim pelayannya ke kebun untuk mengumpulkan buah persik untuk jamuan makan. Pada saat itu, Sun Gokong telah menyusut dan sedang tidur di bawah daun. Rupanya sang Raja Kera telah kenyang.

Para pelayan Xiwangmu mulai memetik buah persik. Ketika mereka sampai di pohon di belakang, mereka menyadari bahwa tidak ada buah persik matang yang tersisa, kecuali satu buah persik. Mereka pun pergi untuk memetiknya. Buah persik itu sebenarnya adalah Sun Gokong yang telah berubah bentuk. Raja Kera, mengira mereka adalah pencuri, berteriak dengan marah kepada para pelayan. Ia menanyai mereka dan akhirnya mengetahui tentang perjamuan Xiwangmu.

Ilustrasi buah persik keabadian. (Kumashiro Yūhi)

Sun Gokong juga mengetahui bahwa dia mungkin tidak diundang ke perjamuan tersebut. Kera itu meninggalkan kebun untuk mencari tahu. Namun dalam perjalanan, dia bertemu dengan makhluk abadi lainnya dan menemukan trik untuk menghadiri jamuan makan.

Setelah mengusir makhluk abadi, Sun Gokong mengambil wujudnya dan menghadiri perjamuan. Raja Kera tiba di pesta itu sebelum para dewa lainnya, mabuk, dan merusak pesta itu. Baru pada titik inilah Sun Gokong menyadari bahwa ketika dewa-dewa lain datang, mereka akan marah padanya. Karena itu, dia buru-buru meninggalkan tempat kejadian.

Kaisar Tiongkok dan keabadian

Dalam mitologi Tiongkok, Xiwangmu dikisahkan telah menganugerahkan beberapa buah abadi ini kepada kaisar Tiongkok tertentu. Misalnya, cerita tentang Kaisar Wu dari Han dan Xiwangmu diceritakan oleh Zhang Hua, seorang penulis pada zaman Jin Barat. Menurut kisah ini, Kaisar Wu sedang mencari keabadian. Saat itu Xiwangmu mengirim utusan yang memberikan rusa putih kepadanya.

Pada malam hari ketujuh bulan ketujuh, Xiwangmu sendiri mengunjungi kaisar. Dia mengeluarkan tujuh buah persik dan memberikan lima buah persik kepadanya.

Kaisar Wu memakan buah persik tersebut dan menyatakan keinginannya untuk menanam biji buah persik itu.

Mendengar ini, Xiwangmu tertawa. Ia menjelaskan bahwa buah persik membutuhkan waktu 3.000 tahun untuk tumbuh.

Dalam kisah sebelumnya, tidak disebutkan apakah buah persik Xiwangmu menganugerahkan keabadian kepada Kaisar Wu.

Namun, dalam adaptasi selanjutnya dari kisah Zhang Hua, Xiwangmu dikatakan telah memberikan kaisar serangkaian instruksi.

Bila mengikuti petunjuk sang ibu suri, kaisar akan mendapatkan keabadian. Seperti yang bisa diduga, kaisar gagal mengikuti instruksi sang dewi.

Xiwangmu dalam sejarah Tiongkok

Sepanjang sejarah Tiongkok, Xiwangmu menjadi dewi penting dalam kepercayaan rakyat Tiongkok. Dia diyakini memegang kekuasaan atas kesehatan, umur panjang, dan kesuburan. “Berkahnya sering kali dicari oleh masyarakat,” ungkap Mingren. Dalam beberapa kasus, orang-orang berdoa kepada Xiwangmu agar mendapat hujan dan panen yang baik.