Penaklukan Romawi atas Yunani
Kelemahan Yunani menarik perhatian Kekaisaran Romawi. Roma telah melakukan ekspansi ke semenanjung Italia dan Sisilia, namun mereka menginginkan lebih.
Ketertarikan Roma terhadap Yunani pertama kali diwujudkan dalam Perang Makedonia, yang merupakan serangkaian konflik kecil. Pada tahun 146 SM, bangsa Romawi menyerang negara kota Korintus, dan pertempuran ini, yang dikenal sebagai Pertempuran Korintus, menjadi klimaks Perang Makedonia.
Pada saat itu, Korintus merupakan salah satu kota terbesar dan paling makmur di Yunani, namun kota tersebut tidak mampu menandingi kekuatan Kekaisaran Romawi. Di bawah komando Lucius Mummius , kota Korintus dirusak, dan negara-negara kota Yunani lainnya pun memperhatikannya.
Tak satu pun dari mereka mempunyai keinginan untuk direbut secara paksa oleh Romawi, sehingga satu demi satu negara-negara kota memberikan kesetiaan mereka kepada Roma, dan pada gilirannya, dilindungi.
Hal ini membuat Roma menjadi penguasa sebagian besar wilayah Mediterania, dan dengan ditaklukkannya Yunani, hanya ada sedikit musuh yang benar-benar dapat melawan mereka.
Dengan diserapnya Yunani oleh Roma, kemunduran Yunani pun selesai. Namun Roma tidak menghancurkan kebudayaan Yunani. Sebaliknya, mereka memasukkan budaya Yunani ke dalam budaya mereka.
Hal ini termasuk agama dan filsafat Yunani kuno, dan bahkan dewa-dewa Yunani. Ada beberapa perubahan nama – misalnya Zeus menjadi Jupiter – tetapi sebagian besar karakteristik para dewa tetap sama.
Roma memandang diri mereka sebagai penguasa yang baik hati, dan selama negara-negara kota Yunani berjanji setia kepada Roma, tidak banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pemerintahan Ottoman dan Perang Kemerdekaan Yunani
Meskipun para sejarawan menganggap penaklukan Romawi atas Yunani sebagai puncak kemunduran Yunani kuno, permasalahan yang dihadapi bangsa Yunani belum berakhir.
Pada tahun 1453, Kejatuhan Konstantinopel yang legendaris terjadi ketika kota besar itu jatuh ke tangan Turki Ottoman. Dari sana, Kekaisaran Ottoman akan memerintah di Yunani selama hampir empat ratus tahun. Seperti biasa, identitas dan budaya Yunani mampu bertahan, namun kondisinya terkadang menindas dan bahkan keras.
Akhirnya, pada abad ke-19, gejolak keinginan kemerdekaan Yunani terdengar. Setelah serangkaian pemberontakan dan pemberontakan di seluruh Yunani, Perang Kemerdekaan Yunani dimulai. Hal ini berlangsung selama delapan tahun (1821-1829), namun dengan bantuan sekutu Eropa, Yunani akhirnya mampu mencapai kemerdekaan sejati pada tahun 1830.
Jadi, meski Yunani mengalami kemunduran dan akhirnya jatuh ke tangan Roma, Yunani akhirnya bangkit. Sementara itu, kebudayaan Yunani masih bertahan dan telah memberikan pengaruh yang tak terbantahkan pada dunia saat ini.