Kompleksitas Dionysus, Bukan Sekadar Dewa Mabuk dalam Mitologi Yunani

By Sysilia Tanhati, Selasa, 9 Januari 2024 | 14:00 WIB
Di dunia para dewa dan dewi mitologi Yunani, hanya sedikit yang menduduki tempat terhormat dalam sejarah seperti Dionysus. (Carole Raddato)

Nationalgeographic.co.id—Di dunia para dewa dan dewi kuno, hanya sedikit yang menduduki tempat terhormat dalam sejarah seperti Dionysus. Dewa mitologi Yunani kuno yang dinamis ini mewujudkan esensi anggur, ekstasi, teater, dan pesta pora.

Dia adalah dewa tarian gembira dan pelindung orang gila. Sejarah tentang dewa amat menarik untuk ditelisik. Praktik pemujaan dan makna simbolisnya telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam lanskap budaya dan agama zaman dahulu.

Siapakah dewa yang sangat berbeda dengan dewa-dewa Yunani yang kejam dan serius itu?

Dionysus dan kisahnya yang dramatis dalam mitologi Yunani

Kisah asal-usul Dionysus penuh dengan drama mitologis. Ia secara tradisional dianggap sebagai putra Zeus, raja para dewa, dan Semele, seorang putri fana dalam mitologi Yunani.

Seperti banyak kekasih Zeus lainnya, Semele juga mengalami nasib tragis ketika memiliki hubungan asmara dengan raja para dewa itu. Hera, istri Zeus, iri dan curiga, memanipulasi Semele untuk menuntut Zeus mengungkapkan dirinya dalam kemuliaan ilahi.

Pemandangan luar biasa itu membuat Semele terbakar. “Untuk menyelamatkan Dionysus yang belum lahir, Zeus menjahit bayi prematur ke pahanya hingga saat kelahirannya,” tulis Aleksa Vuckovic di laman Ancient Origins.

Versi lain tentang dewa ini memberi tahu kita bahwa dia adalah seorang Thracia yang berkeliling dunia. Dionysus akhirnya tiba di Yunani sebagai orang asing dan tinggal di sana. Dalam beberapa catatan seperti itu, dia selalu dijuluki sebagai “orang asing”.

Hal ini mungkin menunjukkan bahwa pemujaan terhadap dewa ini awalnya bukan dari Yunani. Namun “dipinjam” dan diterima dari salah satu peradaban tetangga, kemungkinan besar dari bangsa Thracia.

Seiring berjalannya waktu, pemujaan terhadap Dionysus menjadi berakar kuat dalam budaya Yunani kuno. “Khususnya selama periode klasik dan Helenistik,” tambah Vuckovic. Kultus Dionysian, yang ditandai dengan ritual-ritualnya yang penuh kegembiraan dan pembebasan, mempunyai tempat penting dalam praktik keagamaan.

Festival paling terkenal yang didedikasikan untuk Dionysus adalah Dionysia, yang dirayakan di berbagai negara kota Yunani. Festival-festival ini mencakup banyak pesta minum, khususnya anggur, yang dianggap menginspirasi “kegilaan ilahi”, membawa kegembiraan, dan meringankan penderitaan seseorang.

Bagian penting lainnya dari festival ini adalah pertunjukan drama, yang memerankan banyak mitos seputar Dionysus. Pertunjukan ini adalah cikal bakal teater drama modern.