Meskipun tidak secara resmi dikaitkan dengan Poveglia, Lazzaretto Vecchio adalah pulau kecil lainnya dan lokasi lazaretto pertama.
Kondisi di lazaretto ini begitu menyedihkan sehingga seorang penulis sejarah dari abad ke-16 bernama Rocco Benedetti menyebutkan bahwa setidaknya 500 orang setiap hari meninggal di Pulau Lazzaretto Vecchio.
Pemerintah Venesia memutuskan untuk menggunakan Poveglia sebagai tempat pembuangan sampah bagi warga kota yang terinfeksi. Selama ini, para pejabat mengirim tongkang besar berisi korban tewas ke Poveglia untuk dibuang.
Pada saat yang sama, pejabat pemerintah juga mengirimkan siapa pun yang diduga memiliki gejala wabah ke pulau tersebut.
Sayangnya, para pejabat meninggalkan 100.000 hingga 160.000 orang di pulau tersebut, menjadikannya tempat yang sepi dan menakutkan. Kondisi di pulau itu tidak sehat, dan korban wabah dibiarkan mati. Pulau ini kemudian dikenal sebagai 'Pulau Kematian'.
Umumnya, populasi yang terinfeksi harus menunggu 40 hari untuk meninggal atau pulih, namun hal tersebut jarang terjadi.
Jika warga mencuri atau melakukan kejahatan lain, pemerintah akan mengirim mereka ke Pulau Poveglia untuk menjalani sisa hari-hari mereka.
Ada begitu banyak orang yang meninggal, sekarat, dan sakit di pulau itu sehingga sulit untuk menguburkan mereka semua. Dikatakan para pekerja menghabiskan sepanjang hari membawa dan membuang mayat-mayat di Poveglia tanpa istirahat.
Pada titik ini, orang Venesia terpaksa mulai membakar jenazah untuk mencegah penyebaran wabah dan memberi ruang bagi lebih banyak korban.
Hujan abu turun dari langit, dan asap dari tubuh-tubuh yang terbakar mencekik dan mencemari udara.
Pembakaran korban wabah yang terus-menerus dan banyaknya orang yang terinfeksi memicu rumor di kalangan generasi masa depan Venesia.
Menurut cerita, tanah di Pulau Poveglia mengandung 50% abu manusia akibat pembakaran mayat yang terus menerus.