Umumnya masyarakat meyakini bahwa roh para korban wabah dan penjahat yang diasingkan ke pulau itu masih ada di sana hingga saat ini.
Meski sejarahnya kelam dan menakutkan hingga awal abad ke-19, tampaknya sejarah Poveglia bisa semakin kelam.
Pada tahun 1922, sebuah rumah sakit jiwa dibangun di Pulau Poveglia, terkenal karena perlakuannya yang tidak manusiawi.
Pemerintah mengubah fungsi bangunan tersebut untuk pasien sakit jiwa. Berbagai sumber menyebutkan bahwa rumah sakit tersebut diawasi oleh seorang pria bernama Dr. Paolo.
Pada saat itu, penyakit mental belum didefinisikan sejelas sekarang. Oleh karena itu, rumah sakit ini menampung banyak pasien dengan disabilitas fisik, kondisi mental, dan masalah neurologis.
Selain itu, karena penyakit mental tidak didefinisikan dengan jelas, siapa pun yang berperilaku di luar norma budaya sering kali dikaitkan dengan penyakit mental dan terpaksa pergi ke pulau tersebut.
Karena pasien-pasien ini tidak terlihat dan hilang ingatan, Poveglia segera menjadi tempat yang mengerikan di sejarah dunia.
Sayangnya, dokter ini dikenal melakukan tindakan barbar dan menyiksa terhadap pasiennya, seperti sengatan listrik, lobotomi dan cekok makan.
Dokter Paolo melakukan prosedur ini dengan menggunakan palu, pahat, dan bor tanpa mempedulikan anestesi atau kebersihan.
Seperti sebelumnya, dikirim ke Poveglia adalah hukuman mati, dan tidak ada peluang untuk rehabilitasi pasien dokter. Pasien sering kali dirantai di tempat tidur atau ditinggalkan di ruangan gelap selama berhari-hari.
Banyak pasien meninggal di bawah perawatan Dokter Paolo. Jenazah mereka dikuburkan di kuburan tak bertanda di pulau itu. Laporan menunjukkan bahwa Dokter Paolo kemudian ditemukan tewas di dekat menara lonceng yang terletak di pulau itu.
Pada 1968, rumah sakit tersebut ditutup dan ditinggalkan lagi, dan tak lama kemudian, bangunan-bangunan tersebut dibiarkan membusuk dan hancur.
Pulau Dijual ke Pemilik Pribadi
Terlepas dari sejarah kelam Poveglia, pemerintah telah berusaha mencari pembeli pulau tersebut selama bertahun-tahun.
Pada tahun 2014, Venesia menjual pulau itu kepada pemilik swasta dengan rencana pembangunan kembali.
Penjualan pulau tersebut menimbulkan banyak kekhawatiran di kalangan masyarakat, karena mereka khawatir pemilik baru akan mengeksploitasi masa lalu kelam pulau tersebut dan mengubahnya menjadi objek wisata.