Wabah Hitam Menghancurkan Peradaban Sejarah Abad Pertengahan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 16 Januari 2024 | 16:37 WIB
Dalam sejarah abad pertengahan, Wabah Hitam sering dikaitkan dengan kematian masal seluruh dunia. Dampaknya menyebabkan kehancuran tatanan peradaban yang pernah ada. (Pieter Brueghel the Elder/Museo del Prado)

Nationalgeographic.co.id—Wabah hitam tidak hanya membunuh separuh populasi masyarakat Eropa, tetapi juga tatanan masyarakat dunia pada abad ke-13.

Kematian ini tentunya berimbas pada sistem tata negara dan sosial yang berlaku dalam sejarah abad pertengahan. Guncangan besar ini menyebabkan krisis ekonomi, politik, dan permasalahan sosial yang kemudian menjadi lembaran baru untuk kemajuan sejarah.

Wabah hitam merupakan penyakit yang bersifat zoonosis, seperti pandemi pada umumnya. Penyebabnya adalah virus Yersina pestis, bakteri yang tersebar melalui kutu tikus oriental (Xenopsylla cheopis). Gejalanya menyerang kelenjar getah bening, aliran darah, pencernaan, dan pernapasan.

Asal wabah hitam, menurut sebuah studi pada 2022 bertajuk The source of the Black Death in fourteenth-century central Eurasia menjelaskan asal penyakitnya dari Kirgistan abad ke-14. Saat itu, Kirgistan merupakan kawasan Asia Tengah yang masuk dalam kekuasaan Chagatai, bagian dari Kekaisaran Mongol.

Posisi Kirgistan juga sangat strategis, bertepatan di Jalur Sutra yang menghubungkan dunia Barat dan Timur. Rute perdagangan ini mendorong penyebaran Wabah Hitam merebak di Eropa dan Timur Tengah secara masif dalam sejarah abad pertengahan.

Hancurnya tatanan politik sejarah abad pertengahan

Wabah hitam tiba di Eropa pada 1347. Kasus pertamanya terjadi di Krimea. Penyakit ini sebenarnya tengah menjangkit Gerombolan Emas, kelompok Kekaisaran Mongol di Rusia. Jani Beg, khan yang memimpin Gerombolan Emas, menggunakan mayat pasukannya yang terjangkit untuk dilempar ke dalam kota pelabuhan internasional tersebut.

Imbasnya, penyebaran wabah hitam menyebar menyebar cepat ke seluruh Kekaisaran Bizantium yang sedang mengalami masalah politik internal. Saat itu juga, Kekaisaran Bizantium sedang mengalami perang saudara (Perang Saudara Palaiologan Kedua) sejak 1341.

Kekaisaran Bizantium, sebagai kekuasaan Eropa paling timur, berada dalam posisi yang tidak karuan karena ancaman pihak luar. Setelah kemunduran Seljuk, muncul kekuasaan Turki yang baru, Kekaisaran Ottoman yang kelak akan menjatuhkan Konstantinopel seabad berikutnya.

Selain menyebar ke Kekaisaran Bizantium, perlu dicatat bahwa Krimea adalah kota pelabuhan perdagangan yang besar bagi peradaban Eropa dan koloni orang Genoa dari Italia. Penyerangan ini pada akhirnya menyebar ke Italia dan Eropa Barat.

Mark Bailey, profesor bidang sejarah abad pertengahan di University of East Anglia mengatakan, perubahan besar secara ekonomi terjadi saat Eropa Barat terserang wabah hitam. Eropa Barat, terutama Inggris, menjadi masa yang penuh ketidakpastian dan ketidakstabilan akibat pandemi ini.

Selain itu, Eropa Barat juga mengalami kondisi cuaca ekstrem, dan epizootik berulang pada hewan sepanjang 1351 dan 1369. Kerajaan Inggris kemudian mengatur pasar tenaga kerja untuk melindungi kesejahteraan masyarakat.

"Wabah Hitam tidak menentukan jalannya sejarah, namun hal ini mengubah paradigma yang ada secara radikal dan menciptakan peluang bagi wilayah barat laut Eropa untuk melakukan industrialisasi," tulis Mark di laman Oxford University Press.

Kejayaan Jalur Sutra yang memudar

Kehancuran perekonomian sangat terjadi di Jalur Sutra yang merupakan rute perdagangan internasional dan penting dalam sejarah abad pertengahan.

Jalur Sutra, rute perdagangan darat yang menghubungkan Tiongkok dan Eropa Timur, menjadi salah satu jalur penyebaran wabah hitam dalam sejarah abad pertengahan. (Thinkstockphoto)

Rute yang juga mendukung penyebaran wabah ini kemudian berdampak pada desa, kota kecil, dan pos-pos terdepan antarnegara yang disambangi pelancong. Merebaknya wabah di tempat-tempat ini di sepanjang Jalur Sutra, membuat pedagang dan penjelajah harus berhati-hati, atau menghindarinya.

Dataran Persia, yang merupakan salah satu rute penting dalam Jalur Sutra, diperhitungkan saat wabah hitam merebak. Ahmad Fazlinejad and Farajollah Ahmadi dalam The Impact of the Black Death on Iranian Trade (1340s-1450s A.D.) menerangkan, perekonomian Kekaisaran Ilkhanat yang berkuasa di Persia dalam sejarah abad pertengahan lumpuh.

Dengan demikian, kejayaan Jalur Sutra yang dikuasai oleh Kekaisaran Mongol dan pecahan-peacahannya semakin memudar. Hal ini yang menandai akhir dari Pax Mongolica yang sebelumnya memudahkan pelancong dan pedagang melintasi Jalur Sutra.

Tidak sampai dari dua abad, beberapa pecahan Kekaisaran Mongol seperti Ilkhanat, Dinasti Yuan, dan Gerombolan Emas hancur akibat perekonomian yang tersendat di Jalur Sutra, ditambah dengan ragam konflik yang ada.

Sosial dan keagamaan

Ketika wabah merebak dalam sejarah abad pertengahan, pembelajaran medis belum secanggih modern. Baik peradaban Islam yang sangat maju dalam bidang sains, maupun Eropa yang saat itu terbelakang, belum mengetahui sumber wabah hitam secara pasti.

Rania Awaad dan tim, dalam Islamic Civilizations and Plagues: The Role of Religion, Faith and Psychology During Pandemics menjelakan peradaban Islam lebih mengandalkan pendekatan keagamaan untuk menenangkan masyarakat yang cemas. 

Ahli teologi lebih mengatakan bahwa wabah hitam adalah hukuman dari Tuhan untuk menyasar non-muslim, namun jika umat muslim menderitanya sebagai tanda kenikmatan dari Tuhan untuk mati syahid.

Ilsutrasi pogrom atau pembantaian orang-orang Yahudi saat wabah hitam di Eropa. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Meski demikian, beberapa cendekiawan muslim di bidang kedokteran mulai menyarankan langkah pencegahan seperti karantina dan isolasi.

Situasi berbeda terjadi pada masyarakat kekristenan Eropa. Dalam Communities of Violence: Persecution of Minorities in the Middle Ages karya David Nirenberg, wabah hitam dihubungkan dengan dosa umat manusia oleh para tabib yang tidak bisa menjelaskan asal-usulnya.

Imbasnya, masyarakat Eropa cenderung melakukan pembersihan moral, alih-alih mengontrol situasi yang kacau. Umat Kristen menuduh komunitas Yahudi sebagai biang kerok kekacauan kesehatan yang terjadi. Hal ini yang kemudian beberapa kota Yahudi di Eropa dihancurkan pada 1349.

Separuh populasi Yahudi dibantai sebagai respons konspirasi penyebab wabah hitam dalam sejarah abad pertengahan. Akan tetapi, peristiwa ini kemudian memperbarui dunia sains di Eropa. Kelak, metode pengamatan di bidang biologi di Eropa berkembang menjadi lebih logis untuk penanganan penyakit misterius pada abad ke-15.