Nationalgeographic.co.id—Bahkan satu sentuhan saja bisa membunuh. Visha Kanya adalah wanita muda beracun yang bekerja sebagai algojo di India kuno. Setiap kontak dengan para wanita beracun ini berarti kematian.
Namun, tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti di mana kebenaran berakhir dan mitos dimulai. Kisah mereka bercampur aduk dengan cerita rakyat masyarakat. Hampir mustahil bagi sejarawan modern untuk mengetahui apakah mereka nyata atau tidak.
Sang Perawan Beracun
Visha Kanya bermula ketika para Raja India kuno melatih para gadis untuk menjadi pembunuh sejak usia dini. Secara bertahap, mereka diberi berbagai jenis racun untuk membuat mereka kebal terhadap efek mematikan.
Pada saat mereka mencapai usia pubertas, gadis-gadis ini akan benar-benar beracun dan siap untuk digunakan sebagai senjata manusia yang mematikan.
Raja yang memerintahkan proses khusus ini kemudian dapat menggunakan para pembunuh bayaran ini untuk melawan musuh-musuhnya yang paling kuat.
Salah satu legenda mengatakan bahwa Aristoteles telah memperingatkan Alexander Agung tentang bahaya "gadis-gadis berbisa" sebelum ia meluncurkan operasi militer ke India.
Legenda India lainnya bahkan menyatakan bahwa Aleksander Agung meninggal karena memeluk Visha Kanya yang diberikan kepadanya sebagai piala oleh Raja Porus yang kalah.
Tokoh Sejarah atau Legenda yang Dilebih-lebihkan?
Menurut sejarawan Theodoros Karasavvas, dikutip dari laman Ancient Origins, Visha Kanya pertama kali disebutkan dalam risalah India kuno tentang ketatanegaraan, Arthashastra, yang ditulis oleh Chanakya.
Selain itu, kita juga bisa menemui Visha Kanya dalam literatur sanskerta, yang digambarkan sebagai jenis pembunuh andalan para raja untuk menghabisi musuh-musuh mereka.
Menurut cerita-cerita ini, Theodoros menjelaskan, “gadis-gadis muda dibesarkan dengan … [mengonsumsi] racun dan penawar racun yang dibuat dengan hati-hati sejak usia dini, sebuah teknik yang dikenal sebagai mithridatisme.”