Jejak Kelam Visha Kanya: Selidik Kisah Perawan Beracun dari India

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 3 Februari 2024 | 09:00 WIB
Lukisan perempuan beracun dari Gua Ajanta, India. (Jean-Pierre Dalbéra)

Kadang-kadang anak-anak dari para pelancong yang terbunuh dipersiapkan untuk menjadi anggota, karena kehadiran anak-anak akan membantu menghilangkan kecurigaan korban selanjutnya.

Thuggee yang Menyembah Kalee (1850) (Public Domain/Wikimedia Commons)

Kejahatan mereka melibatkan kerja sama tim dan koordinasi tingkat tinggi baik selama fase infiltrasi maupun pada saat penyerangan. 

“Setiap anggota geng memiliki fungsi khusus: seperti memikat para pelancong dengan kata-kata yang menawan, bertindak sebagai pengintai, atau mengambil peran sebagai pembunuh,” jelas Theodoros.

Menurut Guinness Book of Records, para pembunuh ini bertanggung jawab atas sekitar dua juta kematian. Namun perkiraannya sangat bervariasi, karena tidak ada sumber yang dapat dipercaya untuk memastikan kapan praktik ini pertama kali dimulai.

Para pembunuh Thuggee akhirnya ditumpas oleh pihak berwenang Inggris di India pada tahun 1830-an, setelah penerapan Undang-Undang Penindasan Thuggee dan Dacoity, yang menyatakan:

"Dengan ini diberlakukan, bahwa siapa pun yang terbukti menjadi anggota, baik sebelum atau setelah disahkannya Undang-Undang ini, dari setiap kelompok penjahat, baik di dalam atau di luar Wilayah Perusahaan Hindia Timur, akan dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup, dengan kerja paksa."

Sejumlah strategi diterapkan untuk membantu keberhasilan undang-undang baru ini, termasuk insentif bagi anggota komplotan untuk menyerahkan rekan-rekan mereka.