Nationalgeographic.co.id—Milo adalah atlet gulat asal Yunani hampir 2.500 tahun yang lalu. Dia dianggap sebagai orang terkuat yang pernah hidup di sejarah dunia kuno.
Seorang pria dengan kekuatan dan atletis yang luar biasa, dia adalah pegulat paling sukses pada zamannya, menjadi juara gulat enam kali di Olimpiade Kuno di Yunani.
Kehidupan awal Milo dari Croton dimulai pada abad ke-6 SM di negara-kota Yunani Croton, yang sekarang terletak di Italia selatan.
Croton adalah pusat keunggulan atletik dan filosofis, rumah bagi aliran pemikiran Pythagoras yang terkenal.
Terlahir dalam lingkungan yang penuh dengan ketelitian intelektual dan fisik, Milo dihadapkan pada budaya yang sangat menghargai pikiran dan tubuh.
Tanggal pasti kelahiran Milo masih belum diketahui, namun ia diyakini lahir sekitar tahun 560 SM. Sejak usia muda, Milo kemungkinan besar tenggelam dalam tradisi atletik Yunani, landasan pendidikan dan budaya di Yunani kuno.
Latihan atletik pada periode ini tidak semata-mata tentang kebugaran jasmani. Hal ini juga mencakup pengembangan moral dan spiritual, selaras dengan cita-cita Yunani 'arete' – mengejar keunggulan dalam semua aspek kehidupan.
Saat masih muda, kehebatan fisik Milo sangat terlihat. Ia dikatakan memiliki kekuatan alami, yang dikombinasikan dengan latihan keras, menjadikannya atlet yang luar biasa sejak dini.
Kehidupan awalnya sangat dipengaruhi oleh festival atletik yang merupakan pusat budaya Yunani, seperti pertandingan lokal yang diadakan di Croton dan kota-kota sekitarnya.
Dalam catatan sejarah dunia kuno, festival-festival tersebut merupakan acara keagamaan dan sosial yang penting. Hal ini memberikan Milo dalam menunjukkan bakatnya dan mulai membangun reputasinya.
Menjadi Legenda Olimpiade Kuno
Kemenangan pertama Milo di Olimpiade terjadi sekitar tahun 540 SM, saat ia masih muda. Kesuksesan awal ini merupakan pertanda karier luar biasa.
Selama beberapa dekade berikutnya, ia terus mendominasi olahraga ini. Dalam catatan sejarah dunia kuno, dia memenangkan gelar Olimpiade pada tahun 536, 532, 528, 524, dan 520 SM.
Dominasinya dalam gulat tidak terbatas pada Olimpiade. Dia juga menang di festival olahraga besar Yunani lainnya.
Milo memenangkan tujuh kemenangan di Pertandingan Pythian, yang diadakan di Delphi; sembilan di Pertandingan Nemean; dan sepuluh di Pertandingan Isthmian.
Festival-festival ini, yang merupakan peringkat kedua setelah Olimpiade dalam hal prestise, menarik atlet-atlet terbaik dari seluruh dunia Yunani, membuat kemenangan Milo semakin mengesankan.
Ia dikenal karena kehadirannya yang tangguh di atas matras gulat, mengalahkan lawannya dengan teknik dan kekuatan kasar.
Metode pelatihannya, termasuk menggendong banteng di pundak berkontribusi terhadap kondisi fisiknya yang luar biasa.
Kekuatannya sedemikian rupa sehingga para pesaingnya seringkali merasa mustahil untuk mengalahkannya. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan menolak untuk menghadapinya di atas ring.
Milo juga dikagumi karena kecerdasan strategisnya. Gulat di Yunani kuno merupakan permainan mental dan fisik, dan kemampuan Milo untuk berpikir lebih jauh dari lawannya memainkan peran penting dalam kesuksesannya.
Kemenangannya bukan semata-mata karena kehebatan fisiknya namun juga merupakan bukti pemahamannya terhadap olahraga ini dan kemampuannya beradaptasi dengan berbagai pesaing dan situasi.
Misteri Kematian Milo
Kematian Milo dari Croton menjadi misteri. Dikatakan akhir hidupnya terjadi dengan cara yang luar biasa seperti hidupnya.
Ketika Milo mencoba membelah batang pohon dengan tangan kosong, tangannya terjebak di celah pohon. Tidak dapat membebaskan dirinya, dia kemudian diserang dan dimakan oleh serigala.
Kisah ini, meski mungkin tidak benar, mencerminkan sifat keberadaannya yang lebih besar dari kehidupan, menggambarkannya sebagai sosok yang memiliki kekuatan luar biasa bahkan di saat-saat terakhirnya.
Ia dikenang tidak hanya karena prestasinya yang tak tertandingi dalam gulat tetapi juga karena mewujudkan cita-cita keunggulan fisik dan disiplin atletik yang sangat dihargai dalam budaya Yunani kuno.
Milo menjadi simbol potensi kekuatan manusia dan upaya mencapai keunggulan. Selama berabad-abad setelah kematiannya, para atlet di Yunani dan sekitarnya memandangnya sebagai teladan yang patut ditiru.
Dedikasinya untuk meningkatkan kekuatannya secara progresif dan pendekatan strategisnya terhadap gulat meletakkan prinsip-prinsip dasar yang terus dipatuhi oleh para atlet.
Legenda Milo juga berfungsi sebagai pengingat akan akar yang dalam dari olahraga kompetitif dan sejarah panjang ketertarikan umat manusia terhadap kekuatan fisik dan mental.
Kekuatan dan kematian Milo yang legendaris telah menjadi subjek seni dan sastra modern. Kematiannya adalah subjek populer dalam seni abad ke-18.
Dalam banyak gambar, pembunuhnya digambarkan sebagai singa, bukan serigala. Dalam patung Pierre Puget, Milo of Croton (1682), temanya adalah hilangnya kekuatan seiring bertambahnya usia dan sifat kejayaan fana yang dilambangkan dengan piala Olimpiade yang tergeletak di dalam debu.
Kematiannya juga digambarkan dalam lukisan abad kedelapan belas oleh Joseph-Benoît Suvée dan karya seni oleh pelukis Irlandia abad kedelapan belas, James Barry.