Temuan Surat Amarna Milik Firaun, Ungkap Politik-Agama Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 28 Januari 2024 | 14:30 WIB
Surat Amarna, kumpulan tablet tanah liat di sejarah Mesir kuno. Benda ini ditemukan di Amarna, ibu kota yang dibangun Firaun Akhenaten. (Public domain)

Para raja dan penguasa lokal sering kali meminta bantuan untuk melawan pemberontakan atau ancaman dari luar. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya dan tidak stabilnya aliansi politik dan penguasaan wilayah di wilayah tersebut. 

Hubungan perdagangan dan ekonomi juga menjadi tema menonjol dalam Surat Amarna. Mulai dari diskusi tentang pertukaran barang, hadiah, dan upeti, yang menyoroti sifat saling berhubungan perekonomian kuno.

Emas, khususnya, sering disebutkan karena mencerminkan nilai dan statusnya yang tinggi sebagai komoditas utama dalam pertukaran diplomatik.

Diskusi ini memberikan wawasan mengenai praktik ekonomi dan prioritas peradaban kuno, serta peran perdagangan dalam mempertahankan dan memperkuat hubungan diplomatik.

Tema lain yang berulang dalam Surat Amarna adalah perundingan pernikahan antar keluarga kerajaan. Aliansi ini penting untuk membangun dan memperkuat ikatan politik antara berbagai negara bagian dan wilayah.

Surat-surat tersebut sering kali merinci negosiasi mengenai mahar dan implikasi politik dari perkawinan tersebut, yang menunjukkan bagaimana pernikahan digunakan sebagai alat strategis dalam diplomasi kuno.

Bagaimana Surat Amarna Ditemukan Kembali?

Penemuan pertama tablet ini terjadi pada tahun 1887 di situs Amarna, sebuah kota Mesir kuno yang pada zaman kuno dikenal sebagai Akhetaten.

Kota ini, yang didirikan oleh Firaun Akhenaten sekitar tahun 1346 SM, menjadi ibu kota baru dan pusat reformasi agamanya. 

Situs ini sebagian besar ditinggalkan setelah kematiannya, sehingga tablet-tablet tersebut terpelihara di reruntuhan dalam sejarah Mesir kuno.

Penemuan ini dilakukan oleh seorang wanita setempat yang menemukan tablet-tablet tersebut di sisa-sisa bekas pusat administrasi kota.

Penggalian selanjutnya, yang awalnya dipimpin oleh pedagang barang antik lokal dan kemudian oleh para arkeolog, menemukan sebagian besar Surat Amarna. 

Tablet-tablet itu ditemukan di tempat yang tampaknya merupakan sisa-sisa arsip kota, yang merupakan harta karun berupa korespondensi diplomatik. 

Penggalian Surat Amarna memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bidang Egyptology dan arkeologi Timur Dekat.

Sebelum penemuan ini, hubungan diplomatik dan lanskap politik pada Zaman Perunggu Akhir tidak dipahami dengan baik.

Surat-surat tersebut membuka jendela baru ke dalam periode ini, menawarkan laporan langsung tentang interaksi antara Mesir dan negara-negara tetangganya.