Namun, Kaisar menciptakan sebuah kereta perang yang selalu mengarah ke selatan. Dia dapat menemukan jalan keluar dari kabut dan bergabung kembali dalam pertempuran.
Sementara pasukan Kaisar Kuning perlahan pulih, Chi You berdoa memohon bantuan dewa. Yu Shi dan Feng Bo mendengar doanya dan mengirimkan badai besar.
Yu Shi muncul di atas medan perang dan membalikkan kendi, mengirimkan hujan lebat yang jatuh langsung ke pasukan Kaisar.
Tak tinggal diam, Kaisar Kuning memanggil putrinya Ba, yang juga dikenal sebagai Nuba atau Hanba. Dia adalah iblis kekeringan.
Ba menggunakan kekuatannya untuk mengeringkan tanah dan menghempaskan awan hujan yang telah dipanggil oleh Yu Shi dan Feng Bo. Pasukan Chi You segera dikalahkan dan dia pun dibunuh.
Chi You diangkat menjadi dewa perang dan beberapa suku menganggapnya sebagai nenek moyang mereka, khususnya suku Miao. Di sisi lain, Kaisar Kuning memusatkan kekuasaan dan menjadi pendiri Huaxia, budaya orang Han.
Dewa Kuno Tiongkok
Periode Tiga Maharaja dan Lima Kaisar secara tradisional dianggap sebagai sejarah, namun di kalangan sejarawan ia diakui sebagai mitologi.
Namun, menurut Mike, kisah naiknya Kaisar Kuning ke tampuk kekuasaan dan peran yang dimainkan Yu Shi dalam pertempuran, mungkin mengandung beberapa butir fakta sejarah.
“Kaisar Kuning dikatakan sebagai nenek moyang suku Huaxia. Ini bukanlah suku tertentu, tetapi konsep budaya Tiongkok itu sendiri,” jelas Mike.
Huaxia secara khusus merujuk pada konfederasi suku-suku yang tinggal di sepanjang Sungai Kuning sebelum Dinasti Qin didirikan pada abad ke-3 SM. Mereka adalah nenek moyang suku Han, etnis mayoritas di Tiongkok.
Bagi suku Han, Huaxia mewakili budaya dan bangsa mereka. Budaya bersama Huaxia adalah fondasi bagi peradaban dan, pada akhirnya, pertumbuhan kekuasaan terpusat.