Cleopatra: Ambisi Kekuasaan, Inses Mematikan di Sejarah Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 16 Februari 2024 | 09:00 WIB
Dalam sejarah Mesir kuno, Cleopatra VII adalah firaun terakhir dari Ptolemies. (Public domain)

Berbeda dengan kakak laki-lakinya yang masih remaja, anak laki-lakinya yang masih balita tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap pemerintahannya.

Dengan kepergian Caesar, Cleopatra menemukan pasangan romantis dan politik baru di Roma.

Perseteruan Antar Saudara Paling Kontroversial

Cleopatra dan saudara-saudaranya di kerajaan telah bertengkar selama berabad-abad dan sering kali berujung pada perang.

Kehidupan dan nilai-nilai mereka ditentukan hampir semata-mata  kaitannya dengan laki-laki, ayah dan suami mereka. Namun beberapa perempuan menemukan cara untuk mengklaim kekuasaan mereka sendiri.

Hubungan Cleopatra dan Mark Antony

Mark Antony adalah sekutu dan kerabat jauh Caesar. Setelah pembunuhan Caesar, Antony menjadi salah satu dari tiga penguasa diktator pemerintahan Triumvirat Kedua Roma.

Seperti Caesar, dia mengembangkan hubungan politik dan seksual yang erat dengan Cleopatra. Pada tahun 41 SM, ia memerintahkan eksekusi saudara perempuan Cleopatra, Arsinoe IV, atas permintaan Cleopatra.

Pada tahun 40 SM, Cleopatra melahirkan anak kembarnya dari Mark Antony yaitu Alexander Helios dan Cleopatra Selene II.

Seperti halnya Caesar, hubungan Antony dan Cleopatra sangat rumit. Antony menikah ketika ia memulai hubungan dengan Cleopatra.

Pada tahun yang sama Cleopatra melahirkan anak kembarnya, istri Antony meninggal, dan ia menikah dengan saudara perempuan Oktavianus.

Pernikahan tersebut terjadi karena alasan politik, namun Antony dan Cleopatra menghabiskan beberapa tahun terpisah sebelum melanjutkan hubungan mereka di depan umum.