Cleopatra: Ambisi Kekuasaan, Inses Mematikan di Sejarah Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 16 Februari 2024 | 09:00 WIB
Dalam sejarah Mesir kuno, Cleopatra VII adalah firaun terakhir dari Ptolemies. (Public domain)

Pada tahun 36 SM, Cleopatra melahirkan Ptolemy Philadelphus, anak ketiganya dari Antony.

Kematian Cleopatra di Sejarah Mesir Kuno

Antony dan Cleopatra sama-sama memiliki motivasi politik yang jelas atas hubungan mereka.

Cleopatra menggunakannya untuk mempertahankan kemerdekaan Mesir dari Roma. Sementara Antony menggunakannya untuk mengakses sumber daya Mesir dan mendukung kelanjutan pemerintahannya.

Saingannya, Oktavianus, adalah anak angkat Caesar. Antony mempertontonkan fakta bahwa putra Cleopatra, Caesarion, adalah anak kandung Caesar untuk membuat pemerintahan Oktavianus tampak kurang sah. 

Pada tahun 32 SM, ketegangan politik antara Oktavianus, Antonius, dan Cleopatra meletus dalam Perang Actium.

Senat Romawi menyatakan perang terhadap Cleopatra, dan Antony memihaknya. Cleopatra dan Antony menikah sekitar waktu ini, namun pernikahan tersebut berumur pendek.

Pada tahun 30 SM, saat dikalahkan oleh Oktavianus, Antony dan Cleopatra meninggal karena bunuh diri.

Perang tersebut menyebabkan penaklukan Roma atas Mesir di bawah pemerintahan Oktavianus.

Beberapa tahun kemudian, Oktavianus mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan menjadi Kaisar Romawi pertama dan mengambil nama Caesar Augustus.

Putri Cleopatra dan Antony, Cleopatra Selene II, menikah dengan seorang penguasa di wilayah Afrika Utara Kekaisaran Romawi, namun tidak jelas apa yang terjadi pada putra Cleopatra dan Antony.

Adapun putra Cleopatra dan Julius Caesar, Caesarion diyakini dieksekusi oleh Caesar Augustus.