Nationalgeographic.co.id—Pengikatan kaki adalah tradisi di sejarah Tiongkok kuno melibatkan perubahan bentuk kaki wanita yang menyakitkan dengan menggunakan ikatan ketat.
Praktik kuno ini dimulai sejak masa kanak-kanak. Saat wanita tersebut dewasa, kaki mereka akan mengalami cacat selamanya, terkadang hingga panjangnya hanya tiga inci.
Lalu, apa alasan di balik praktik kuno ini? Mengapa masyarakat menuntut begitu banyak perempuan, dan bagaimana pengikatan kaki pada akhirnya tidak lagi disukai?
Warisan Menyakitkan dari Pengikatan Kaki
Wanitadi sejarah Tiongkok kuno yang menjalani pengikatan kaki akan mengalami perubahan seumur hidup.
Mereka akan kehilangan kemampuan untuk berjalan tanpa bantuan. Mereka tidak dapat bekerja atau bahkan bersosialisasi di luar rumah, dan rasa sakit akibat prosedur ini dapat bertahan selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup.
Pengikatan kaki dimaksudkan untuk membuat wanita tampak lebih anggun. Jalan tertatih-tatih dan berayun yang dilakukan kaki terikat pada seorang wanita dianggap menarik.
Harapan ini membuat perempuan dari semua kelas mulai mengikat kaki mereka dan kaki anak perempuan mereka agar lebih menarik untuk dinikahi.
Mengikat kaki selalu menjadi praktik khas Tiongkok kuno. Tidak ada budaya lain yang pernah mempraktikkannya. Akar pengikatan kaki dimulai pada abad ke-10 selama periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan di Tiongkok.
Pada saat itu, Kaisar Li Yu menyaksikan selirnya Yiao Niang melakukan tarian bergoyang di atas bunga teratai yang dibangunnya. Kaisar benar-benar terpikat.
Pada tarian inilah akan terjalin hubungan antara bunga teratai dan pengikatan kaki. Hal ini menjelaskan mengapa kaki wanita Tiongkok yang patah dan terikat disebut 'kaki teratai'.