Warisan Menyakitkan Tradisi Mengikat Kaki di Sejarah Tiongkok Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 15 Februari 2024 | 19:00 WIB
Pengikatan kaki, yang dimulai sebagai dorongan gaya, menjadi ekspresi identitas Han setelah invasi Mongol pada tahun 1279. (Wellcome Images)

Pemerintah Tiongkok melarang praktik ini. Mereka mengatakan kepada masyarakat bahwa mengikat kaki adalah sebuah bentuk penindasan dan bahwa negara secara keseluruhan akan menjadi lebih kuat ketika mengikat kaki tidak lagi dilakukan.

Perubahan standar kecantikan juga berperan dalam hilangnya ikatan kaki. Meskipun kaki yang diikat dengan sepatu teratai tampak aneh, kaki telanjang yang telah diikat kaki sangat mengganggu untuk dilihat.

Wanita dengan kaki normal menjadi standar kecantikan, dan pengikatan kaki dianggap kuno. 

Setelah pengikatan kaki dilarang pada tahun 1912, praktik ini masih bertahan di daerah-daerah terpencil di sebagian besar wilayah pedesaan di Tiongkok.

Pengikatan kaki terakhir yang dilaporkan terjadi pada tahun 1957 dalam catatan sejarah Tiongkok kuno. Pabrik terakhir yang memproduksi sepatu teratai, Pabrik Sepatu Zhiqian, akhirnya ditutup pada tahun 1999. Saat ini, praktik mengikat kaki sudah punah.

Orang yang melakukan pengikatan kaki tidak dapat dibatalkan, namun kaki yang terikat dapat dilepaskan dan bisa pulih seiring berjalannya waktu.

Intensnya proses pengikatan kaki, semua patah tulang dan perubahan kerangka tidak dapat diperbaiki setelah kaki yang diikat mulai pulih menjadi bentuk 'teratai' segitiga.

Ketika pengikatan kaki menjadi ilegal, perempuan yang melepaskan balutannya merasakan rasa sakit yang sama seperti saat pertama kali mengikat kaki.

Jadi, sekali seorang gadis diikat kakinya, tidak ada jalan untuk kembali. Kakinya mungkin tidak terikat, tetapi kakinya tidak akan pernah sama lagi.