Nationalgeographic.co.id—Putra dari malam dan kegelapan, dan saudara dari dewa tidur, Thanatos adalah personifikasi kematian dalam mitologi Yunani.
Dia adalah salah satu dewa yang paling tidak diinginkan kehadirannya oleh masyarakat Yunani Kuno. Di sisi lain, sebenarnya, Thanatos adalah dewa yang paling disalahpahami dalam mitologi Yunani.
Sebelum lahirnya ilmu pengetahuan, orang-orang Yunani Kuno menggunakan mitologi untuk memahami dunia di sekitar mereka. Salah satunya adalah kematian.
Tidak seperti agama-agama pada umumnya, di mana seseorang masuk neraka atau surga tergantung pada perilaku semasa hidup, dalam mitologi Yunani, kematian sama sekali tidak memiliki kebahagiaan.
“Orang Yunani kuno percaya bahwa ada tiga tingkatan dunia bawah: padang Asphodel, padang Elysian, dan Tartarus,” tulis Khadija Tauseef, pada laman Ancient Origins.
Karena tidak ada yang bisa diharapkan setelah kematian, banyak orang Yunani lebih memilih hidup berkepanjangan daripada mati.
Bahkan pahlawan perkasa Achilles dikutip pernah berkata, "Saya lebih suka menjadi budak di bumi untuk orang lain–seorang petani penggarap yang miskin yang mengais-ngais untuk tetap hidup–daripada memerintah di sini atas semua orang mati yang tak bernapas."
Oleh karena itu, tak heran jika orang-orang Yunani Kuno tidak memandang Thanatos, personifikasi kematian, dengan cara yang baik.
Silsilah Thanatos
Dalam memahami mitologi Yunani, banyak orang sering memandang Hades sebagai dewa kematian.
Padahal, “meskipun benar bahwa Hades digambarkan sebagai pemimpin dan penguasa dunia bawah, ia hanya memiliki sedikit hubungan dengan kematian itu sendiri,” jelas Khadija. ” Peran itu dipegang oleh Thanatos, yang namanya secara harfiah berarti ‘kematian’.”
Thanatos lahir dari perkawinan antara Nyx (malam) dan Erebus (kegelapan) dan merupakan kembaran dari Hypnos (tidur). Silsilah ini ditetapkan dalam Theogony, sebuah puisi yang ditulis oleh penyair Yunani, Hesiod.
Thanatos hanyalah salah satu dari sekian banyak dewa yang melayani di bawah Hades. Kematian bukanlah topik yang disukai dalam masyarakat Yunani, jadi namanya tidak pernah disebut.
Sebenarnya, Thanatos adalah perwujudan dari kematian yang lembut. Namun, banyak yang percaya bahwa dia adalah dewa tanpa belas kasihan, membawa kematian nan menyakitkan.
Dalam “Theogony”, karya penyair Hasoid, Thanatos justru sering digambarkan sebagai dewa yang sangat indah, seperti Eros, dewa cinta. Di sisi lain, saudara perempuan Thanatos, Keres, roh primordial pembantaian dan penyakit, digambarkan sebagai sosok yang haus darah dan menghantui.
Kisah Thanatos dalam Mitologi Yunani
Menurut Khadija, mitologi Yunani yang menggambarkan ketakutan akan kematian dapat dijumpai dalam kisah Admetus dan Alcestis.
Alcestis, sebagai mantan anggota Argonauts dan seorang pahlawan, Admetus telah membuktikan dirinya melalui sebuah aksi heroik untuk memenangkan hati putri cantik Alcestis.
“Pasangan ini hidup dengan bahagia, dan kerajaan mereka juga makmur,” kata Khadija. “Raja Admetus sangat dicintai oleh rakyatnya dan dikagumi oleh keluarganya.”
Suatu hari, Admetus terserang penyakit dan saat itulah dia merasakan sentuhan Thanatos. Dia menjadi sangat takut ketika Morai (wanita takdir) mengunjungi untuk memberitahu bahwa kematiannya sudah dekat.
Terkejut dan takut, Admetus berlutut dan memohon kepada para Moirai untuk mengizinkannya hidup.
Para Moirai tidak tergerak oleh permohonannya sehingga Admetus meminta bantuan Apollo, dewa Matahari, untuk membantunya.
“Apollo menjadi perantara atas namanya dan para Moirai setuju untuk mengampuni Admetus jika ada yang bersedia mengorbankan nyawanya untuk ditukar dengan raja mereka,” jelas Khadija.
Dengan perasaan lega, “Admetus bertanya kepada rakyatnya apakah ada yang bersedia mengorbankan nyawanya untuk raja mereka.”
Takut mati dan berpegang teguh pada kehidupan, tak satu pun dari rakyatnya mengajukan diri.
Selanjutnya, Admetus meminta bantuan kepada orang tuanya yang sudah menua, namun mereka pun enggan untuk menyerahkan sisa umur mereka.
Admetus telah kehilangan semua harapan, ketika istrinya melangkah maju dan menawarkan nyawanya untuk ditukar dengan nyawanya.
Semua penyakit berpindah ke ratunya dan saat ia terbaring sekarat, Admetus diliputi kesedihan.
Di saat kondisinya yang sangat lemah, terdengar sorak-sorai rakyatnya dari kejauhan. Ternyata pahlawan Hercules telah berkunjung ke istananya. Hercules pun melihat bahwa tuan rumahnya sedang mengalami masalah.
Ketika dia bertanya kepada Admetus apa yang terjadi, Admetus menceritakan seluruhnya kepada sang pahlawan. Saat itulah Hercules berjanji untuk membantu Admetus menghadapi kematian.
Malam pun tiba dan Hercules duduk di samping tempat tidur sang ratu sambil menunggu kedatangan Thanatos. Akhirnya, dia melihat dewa kematian itu muncul dari bayang-bayang. Hercules segera berdiri menghalangi jalannya.
Hercules menantang Thanatos untuk berduel. Jika Thanatos menang, maka dia dipersilahkan untuk mengambil nyawa sang ratu, begitu pula sebaliknya. Mereka pun sepakat.
Meskipun Thanatos sangat kuat, terlihat jelas bahwa ia bukanlah tandingan Hercules yang keluar sebagai pemenang. Ratu pun berhasil diselamatkan.
Masih terdapat beberapa kisah lainya yang membicarakan Thanatos. Namun jumlahnya tidak banyak, dibanding dewa-dewi Yunani Kuno lainya.
“Thanatos memiliki peran utama dalam siklus kehidupan dan kematian mitologi Yunani, namun, karena orang Yunani takut akan kematian, mereka tidak secara terbuka menulis atau membicarakannya,” jelas Khadija.
Hal inilah yang menjelaskan mengapa hanya ada sedikit kisah tentang Thanatos sebagai personifikasi kematian.