Poppaea Sabina, Kisah Selir yang Jadi Permaisuri di Kekaisaran Romawi

By Sysilia Tanhati, Senin, 4 Maret 2024 | 15:33 WIB
Dalam sejarah Kekaisaran Romawi, Poppaea Sabina menjadi istri kedua kaisar Romawi Nero. Cantik dan cerdas, ia menggunakan pesonanya untuk menarik perhatian sang kaisar. (Isidoro Lozano)

Namun, Otho jatuh cinta pada Poppaea dan yang membuat Nero kecewa. Otho sering membual tentang kecantikan dan keanggunan istrinya. Tindakannya inilah yang kelak membuatnya diasingkan ke Lusitania pada tahun 59 M. Hal ini memungkinkan Poppaea menjadi simpanan Nero tanpa gangguan.

Sejarawan Kekaisaran Romawi, Suetonius, menulis tentang pernikahan Otho dan Poppaea dalam bukunya The Twelve Caesars. Menurutnya, Nero meminta Otho menjadi “pelindung” Poppaea. “Dia telah diambil oleh Nero dari suaminya untuk menjadi gundiknya. Dan mereka [Otho dan Poppaea] menjalani pernikahan bersama,” tulisnya.

Tapi Otho memiliki hasrat yang mendalam terhadapnya sehingga dia tidak akan mentoleransi bahkan ketika Nero menjadi saingannya. Otho menolak utusan yang dikirim untuk menjemput Poppaea. Bahkan Nero dibiarkan mengancam dan membela haknya atas istrinya.

Sebagai hukumannya, pernikahan tersebut dibubarkan dan Otho dikirim ke Lusitania. Kemudian, dia membalas dendam melalui dukungannya terhadap Galba dalam penggulingan dan bunuh diri Nero pada tahun 68 M.

Suetonius menulis bahwa hanya ketakutan akan skandal yang menghalangi Nero melakukan lebih dari sekadar mengirim Otho ke Lusitania.

Menurut penuturan Tacitus, saat menikah dengan suami pertamanya, Poppaea dirayu oleh Otho. Dia sering memuji pesona dan keanggunan Poppaea di hadapan Nero. Setelah makan malam dengan kaisar, Otho membual bahwa dia akan pergi menemui istrinya. Kata Otho, istrinya telah memberinya apa yang diinginkan semua pria, kemuliaan dan kecantikan.

Tacitus bertanya-tanya apakah bualan ini merupakan suatu kecerobohan atau upaya yang disengaja untuk meningkatkan kekuatan politiknya sendiri. Ketika Nero menjadi semakin tergila-gila, Poppaea menjadi angkuh. Poppaea menyatakan dia sudah menikah dan tidak bisa melepaskan pernikahannya. Dia mengabdi pada Otho – pada karakter dan cara hidupnya. Dia memutuskan hubungannya dengan Nero. Poppaea meyakini jika Neo tidak bisa bertindak karena nyonya yang tinggal bersamanya adalah seorang pelayan.

Untuk menghilangkan persaingan Otho, Nero mengangkatnya menjadi gubernur Lusitania.

Pernikahan dengan Nero, sang penguasa di Kekaisaran Romawi

Sebelum Nero bisa menikahi Poppaea, dia harus mengatasi dua kendala utama. Yang pertama adalah ibunya, Agrippina, yang memandang setiap wanita sebagai ancaman terhadap kekuasaannya. Agrippina menentang hubungan apa pun dengan Poppaea. Berikutnya adalah istri Nero. Agrippina ingin memastikan hak putranya untuk mewarisi takhta dengan menikahkannya dengan Octavia. Octavia adalah putri tunggal Kaisar Claudius dan Valeria Messalina pada tahun 53 M. Sayangnya pernikahan antara Nero dan Octavia tidak pernah bahagia.

Dalam bukunya Nero, sejarawan Anthony Everitt menulis bahwa Nero memutuskan untuk membunuh ibunya. Ada yang berpendapat bahwa dia tidak lagi ingin berbagi kekuasaan. Namun, banyak yang percaya bahwa orang yang langsung mendorong pembunuhan Agrippina adalah Poppaea. Konon Poppaea sangat ingin menikahi Nero. Nero membuatnya kecewa pasalnya sang kaisar tidak menganggap perlu terburu-buru untuk menikah.

Poppaea memandang Agrippina sebagai musuh. Tacitus menulis, “Saat Agrippina masih hidup, Poppaea tidak melihat adanya harapan untuk menceraikan Octavia dan menikahinya. Ia pun mengomel dan mengejeknya tanpa henti.”