Nationalgeographic.co.id—emerintahan Nero dalam Kekaisaran Romawi menjadi salah satu periode penuh dengan kontroversi. Sosoknya dikenang sebagai manuver politik kejam hingga membunuh ibunya sendiri, Agrippina the Younger.
Nero, lahir Lucius Domitius Ahenobarbus pada tanggal 15 Desember 37 M. Dia adalah kaisar Romawi terakhir dari dinasti Julio-Claudian.
Ia naik takhta pada tahun 54 M setelah kematian Kaisar Claudius. Pemerintahan Nero Kekaisaran Romawi berlangsung hingga kematiannya pada tahun 68 M.
Ibunya, Agrippina lahir pada tahun 15 M. Dia adalah seorang tokoh terkemuka dalam politik Romawi. Sebagai anggota dinasti Julio-Claudian, dia berpengalaman dalam seluk-beluk dinamika kekuasaan di Roma.
Pengaruh Agrippina sangat penting dalam naiknya kekuasaan Nero dalam Kekaisaran Romawi kuno. Ia menikah dengan Kaisar Claudius, dan ambisinyalah yang menyebabkan Nero diadopsi oleh Claudius pada tahun 50 M, menjadikan Nero pewaris takhta atas putra kandung Claudius, Britannicus.
Pendidikan Nero dipercayakan kepada Seneca the Younger, seorang filsuf terkenal juga Prefek Praetorian Burrus.
Kenaikan Nero ke takhta Romawi merupakan urusan yang diatur dengan cermat, terutama didorong oleh ambisi dan kecerdasan politik ibunya, Agrippina.
Setelah diadopsi oleh Kaisar Claudius pada tahun 50 M, Nero dimasukkan dalam daftar suksesi, melampaui putra kandung Claudius, Britannicus.
Pernikahan Agrippina dengan Claudius pada tahun 49 M dan manuver selanjutnya merupakan kunci dalam memposisikan Nero sebagai pewaris pilihan.
Penempatan strategis ini tidak hanya mencerminkan ambisinya tetapi juga merupakan bukti pemahamannya tentang dinamika kekuasaan Romawi.
Kebangkitan Nero semakin diperkuat melalui pernikahannya dengan putri Claudius, Octavia, pada tahun 53 M, yang mengaitkan klaimnya atas takhta dengan garis keturunan keluarga kekaisaran.
Nero muda, di bawah bimbingan gurunya, Seneca dan Burrus, dibentuk menjadi kaisar masa depan yang cocok, dengan fokus pada pendidikan politik dan budaya.