Nero, Pemimpin Kejam Tega Bunuh Ibunya Sendiri di Kekaisaran Romawi

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 11 Maret 2024 | 09:11 WIB
Pemerintahan Nero dalam Kekaisaran Romawi penuh kontroversi. Dia tega membunuh ibunya sendiri, Agrippina. (Public domain)

Titik balik terjadi dengan kematian Kaisar Claudius pada tahun 54 M, sebuah peristiwa yang diselimuti kecurigaan, dengan banyak sejarawan percaya bahwa Agrippina berperan dalam kematiannya melalui keracunan.

Dengan kematian Claudius, Nero, pada usia 17 tahun, naik takhta. Aksesinya pada 13 Oktober 54 M mendapat persetujuan umum, karena masyarakat Romawi dan Senat optimis terhadap potensi kaisar muda tersebut. 

Nero ditampilkan sebagai perubahan yang menyegarkan, terutama karena masa mudanya dan janji arah baru bagi kekaisaran.

Tahun-tahun awal pemerintahan Nero sering disebut sebagai "Quinquennium Neronis", ditandai dengan pemerintahan dan stabilitas yang relatif baik.

Selama periode ini, Nero sangat dipengaruhi oleh ibunya, serta penasihatnya Seneca dan Burrus.

Tahun-tahun awal ini menyaksikan beberapa reformasi positif dan kepatuhan umum terhadap prinsip-prinsip konstitusi Romawi.

Pemerintahan Nero berfokus pada diplomasi, perdagangan, dan peningkatan kehidupan budaya kekaisaran.

Ia juga dikenal karena penampilan publiknya dalam puisi dan musik, yang mencerminkan minat pribadinya pada seni.

Mengapa Nero Menentang Ibunya?

Awalnya, Agrippina mempunyai pengaruh besar terhadap Nero dan urusan kekaisaran Romawi kuno. Dia membimbing kaisar muda dalam seluk-beluk pemerintahan Romawi.

Namun, seiring dengan berkembangnya peran Nero dan mulai menegaskan otoritasnya, ketegangan antara ibu dan anak meningkat.

Agrippina, yang merupakan tokoh dominan di awal pemerintahan Nero, mendapati pengaruhnya memudar ketika Nero mulai lebih bergantung pada penasihatnya seperti Seneca dan Burrus.