Situasi Mencekam Krisis Kekaisaran Romawi: Perang Saudara Hingga Wabah

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 15 Maret 2024 | 09:00 WIB
Krisis Abad Ketiga di Kekaisaran Romawi kuno merupakan era penuh gejolak dipenuhi dengan berbagai krisis militer, ekonomi, dan sosial. (The Collector)

Aurelianus mengalahkan Zenobia pada tahun 273 M, mengembalikan provinsi-provinsi timur ke bawah kendali Romawi.

Upaya Roma dalam Restorasi dan Reformasi

Meskipun terjadi kekacauan dan ketidakstabilan dalam Krisis Abad Ketiga, Kekaisaran Romawi tidak runtuh seluruhnya.

Berkat serangkaian penguasa yang kuat dan cakap yang melakukan reformasi penting, kekaisaran berhasil mengatasi badai dan bahkan memulai proses pemulihan dan transformasi.

Claudius Gothicus (268-270 M) adalah salah satu kaisar pertama selama krisis ini yang memperoleh keberhasilan penting dalam memulihkan stabilitas.

Meskipun masa pemerintahannya singkat, ia adalah seorang pemimpin militer yang efektif yang membela kekaisaran melawan invasi Gotik, sehingga memberinya gelar 'Gothicus.'

Upayanya menstabilkan situasi militer, memberikan kelonggaran yang sangat dibutuhkan dari ancaman eksternal.

Namun reformasi paling signifikan terjadi pada masa Kaisar Aurelian (270-275 M). Dikenal sebagai 'Restitutor Orbis' atau 'Pemulih Dunia', Aurelian melakukan beberapa langkah penting.

Secara militer, ia berhasil mengalahkan Kekaisaran Galia dan Palmyrene yang memisahkan diri, mengintegrasikan mereka kembali ke dalam Kekaisaran Romawi, yang membantu memulihkan kesatuan kekaisaran.

Aurelian juga memprakarsai upaya menstabilkan perekonomian. Dia memperkenalkan koin perak baru, 'aurelianianus,' untuk memerangi hiperinflasi yang disebabkan oleh penurunan nilai mata uang.

Fase besar restorasi dan reformasi berikutnya terjadi pada masa Kaisar Diocletian (284-305 M). Pemerintahan Diokletianus menandai berakhirnya Krisis Abad Ketiga dan dimulainya era baru yang dikenal sebagai 'Dominasi'.