Situasi Mencekam Krisis Kekaisaran Romawi: Perang Saudara Hingga Wabah

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 15 Maret 2024 | 09:00 WIB
Krisis Abad Ketiga di Kekaisaran Romawi kuno merupakan era penuh gejolak dipenuhi dengan berbagai krisis militer, ekonomi, dan sosial. (The Collector)

Menyadari bahwa kekaisaran tersebut terlalu luas untuk diperintah oleh seorang penguasa secara efektif, ia memperkenalkan sistem Tetrarki, yang membagi kekaisaran menjadi dua bagian, masing-masing dibagi lagi menjadi Augustus senior dan Kaisar junior.

Sistem ini bertujuan untuk memastikan proses suksesi yang lebih lancar dan memungkinkan tata kelola yang lebih efisien.

Diocletian juga melakukan reformasi ekonomi dan administrasi yang komprehensif. Dia mengeluarkan 'Dekrit Harga Maksimum' dalam upaya mengendalikan inflasi, meskipun tindakan ini kurang berhasil.

Yang lebih berhasil adalah reformasi administratifnya, yang mencakup peningkatan jumlah provinsi, pembagian otoritas sipil dan militer, dan penciptaan struktur birokrasi yang lebih kompleks.

Perubahan ini meningkatkan efisiensi administrasi dan memungkinkan pengumpulan pajak yang lebih baik.

Akhir Krisis

Krisis Abad Ketiga adalah periode perjuangan Kekaisaran Romawi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, berakhirnya pemerintahan ini ditandai dengan perubahan radikal dalam struktur politik dan pemerintahan kekaisaran yang memungkinkan pemulihan stabilitas. 

Ini adalah sistem Tetrarki yang diterapkan oleh Kaisar Diocletian yang secara mendasar mengubah pemerintahan kekaisaran dan dianggap telah mengakhiri krisis.

Tetrarki, atau "pemerintahan empat", adalah respons Diokletianus terhadap kesulitan praktis dalam mengatur kerajaan yang luas dan beragam.

Menyadari bahwa seorang kaisar tidak dapat secara efektif memerintah seluruh Kekaisaran Romawi, ia membagi kekuasaan di antara empat penguasa.

Kekaisaran dibagi menjadi dua bagian, masing-masing dikendalikan oleh Augustus, seorang kaisar senior, dan dibantu oleh seorang Caesar, seorang kaisar junior.

Namun, terlepas dari daya tarik teoretisnya, sistem Tetrarki mempunyai kesulitan dalam praktiknya.

Setelah Diocletian dan Maximianus turun tahta pada tahun 305 M, konflik meletus mengenai siapa yang harus mengambil posisi Augusti yang kosong. 

Periode ini, yang dikenal sebagai Perang Tetrarki, pada akhirnya menyaksikan Konstantinus Agung muncul sebagai pemenang, yang mengarah pada konsolidasi kekuasaan sekali lagi di bawah satu kaisar.

Meskipun Tetrarki pada akhirnya gagal membangun sistem multi-kaisar yang bertahan lama, Tetrarki masih berperan penting dalam mengakhiri Krisis Abad Ketiga.

Hal ini mengantarkan pada periode yang relatif stabil, yang didukung oleh reformasi administratif, militer, dan ekonomi yang dilakukan Diokletianus.

Selain itu, perubahan-perubahan yang diterapkan pada periode ini mengubah sifat jabatan kekaisaran dan struktur kekaisaran, menjadikannya lebih otokratis dan birokratis.