Ketika mengepung Wina pada 1529, sultan menyalakan api unggun besar di depan tembok kota. Ia melemparkan ratusan petani lokal ke dalamnya. Sang sultan Kekaisaran Ottoman itu juga memperbudak gadis-gadis muda setempat untuk dibawa kembali ke ibu kota kekaisaran. Para gadis malang itu dijadikan haremnya.
Mehmed III, si pembunuh saudara
Setelah Mehmed III menjadi sultan, dia membunuh 19 saudara laki-lakinya, yang semuanya masih anak-anak. Ia juga membunuh lebih dari 20 saudara perempuannya. Mereka semua dicekik oleh para algojo tradisional kerajaan. Para algojo tersebut merupakan pelayan yang tidak bisa mendengar atau berbicara.
Pembunuhan saudara kandung ini tidak hanya bersifat tradisional tetapi, hingga sekitar tahun 1603, diabadikan dalam undang-undang. Ketika seorang sultan disandang Pedang Osman (upacara penobatan yang melibatkan pedang negara), saudara laki-lakinya semuanya akan dieksekusi demi Stabilitas Kekaisaran Ottoman. Bahkan keponakan, paman, dan kerabat perempuan tidak luput dari aturan keji ini.
Murad IV, sultan pemarah
Dijuluki Murad si Gila, sultan ke-17 ini baru berusia 11 tahun ketika memulai pemerintahannya. Namun saat itu ibunya melakukan banyak pekerjaan kekaisaran hingga sang putra berusia 20 tahun.
Murad mungkin yang paling kejam di antara semuanya. Pada tahun 1637, sultan muda ini mengeksekusi 25.000 rakyatnya. Konon sebagian besar dari pembunuhan tersebut dilakukan sendiri olehnya.
Tahun berikutnya, Murad menyerang Bagdad dan membantai 30.000 tentara serta 30.000 wanita dan anak-anak.
Banyak hal yang jelas-jelas membuat Murad gelisah. Murad yang tanpa belas kasihan sangat membenci rokok. Karena alasan itu, dia memberlakukan larangan merokok pada tahun 1633.