Selisik Pemimpin Kekaisaran Ottoman yang Keji dan Haus Darah

By Sysilia Tanhati, Kamis, 14 Maret 2024 | 07:00 WIB
Banyak dari para sultan di Kekaisaran Ottoman juga merupakan pemimpin yang paling haus darah dan keji selama tujuh abad terakhir. Siapa saja mereka? (Badisches Landesmuseum)

Sang sultan bahkan mengambil tindakan sendiri untuk mengawasinya. Dia biasa berkeliaran di bar pada malam hari dengan menyamar, mencoba menjerat seorang peminum yang sedang merokok. Begitu peminum yang tidak curiga menyalakan pipanya, sultan muncul. Ia menebas perokok malang itu dengan tangannya sendiri.

Pada suatu waktu, 18 perokok dihukum dan beberapa di antaranya bahkan dikebiri. Setelah memergoki seorang tukang kebun dan istrinya sedang merokok, kaki mereka dipotong. Keduanya kemudian dibawa berkeliling ibu kota dengan menggunakan gerobak.

Murad IV juga tidak suka orang-orang terlalu dekat dengan tembok istana dan secara pribadi menembaki orang yang melakukannya. Merupakan hak prerogratif sultan untuk membunuh setidaknya sepuluh nyawa tak berdosa setiap hari.

Ironisnya, ia hampir selalu melakukan hal tersebut. Sultan Murad IV dikisahkan pernah bertemu dengan sekelompok wanita yang bernyanyi di taman. Ia pun menenggelamkan mereka karena tidak menyukai keributan.

Ibrahim, sultan yang kumuh

Dijuluki si Gila, pada usia 24 tahun ia naik takhta setelah terbebas dari kedalaman kafes (kandang). Kafes ini adalah tempat putra mahkota dikurung di harem.

Dia terkenal karena gaya hidupnya yang dekaden dan tidak bermoral. Ibrahim dikisahkan meminum amber panas dari cangkir kopi dan berkeliaran siang dan malam bersama haremnya. Ia menunggangi selir-selirnya seperti kuda melewati aula istana. Sang sultan bahkan memiliki beberapa ruangan istana yang dilapisi bulu mahal dari lantai hingga langit-langit.

Ibrahim terkenal karena gaya hidupnya yang dekaden dan tidak bermoral. Ibrahim dikisahkan meminum amber panas dari cangkir kopi dan berkeliaran siang dan malam bersama haremnya. (Public Domain)

Ketika salah satu anggota haremnya dirayu oleh pria lain, 280 selirnya dijahit ke dalam karung dan dilemparkan ke Bosporus. Salah satu dari mereka rupanya masih hidup untuk menceritakan kisah tersebut.

Kelakuan Ibrahim pada akhirnya terbukti terlalu berat bagi para pejabatnya. Mereka pun berhasil melancarkan kudeta. Ibunya, Kosem Sultan, adalah tokoh berpengaruh di Kekaisaran Ottoman selama paruh pertama abad ke-17. Sang ibu menyetujui eksekusi putranya. Ibrahim dicekik sampai mati sementara ibunya mengawasi dari jendela istana.

Abdul Hamid II, sultan yang paranoid

Sultan ke-34 adalah seorang reformis yang otoriter dan kejam. Dia memperkuat cengkeramannya terhadap rakyatnya melalui penggunaan sensor serta polisi rahasianya yang brutal. Sang sultan juga melakukan pembatasan pertemuan dan pergerakan.

Kecaman internasional menimpa sultan ketika 300.000 orang Armenia dan 25.000 orang Asyur dibantai di Turki modern. Setelah itu Hamid dikenal secara internasional sebagai Sultan Merah.

Sultan ke-34 adalah seorang reformis yang otoriter dan kejam. Dia memperkuat cengkeramannya terhadap rakyatnya melalui penggunaan sensor serta polisi rahasianya yang brutal. (Public Domain)

Dengan sejumlah upaya pembunuhan yang dilakukan selama masa pemerintahannya, dapat dimengerti bahwa dia sangat cemas akan dibunuh. Dia mempekerjakan pelayan untuk mengenakan pakaiannya terlebih dahulu untuk memastikan pakaiannya tidak beracun. Pakaiannya diperkuat dengan baja dan dia mengenakan rompi rantai di bawah kemejanya.

Dia selalu membawa pistol ke mana pun dia pergi dan menyebarkannya di sekitar tempat tinggalnya. Suatu hari, salah satu putrinya yang masih kecil merayap di belakangnya sambil bercanda. Sultan yang terkejut mendengar tembakan hingga tewas.

Dia juga secara tidak sengaja menembak mati seorang tukang kebun. Dia berkeliling dengan kereta antipeluru. Namun kalau ada yang bisa melihatnya melalui jendela, dia meminta putrinya yang masih kecil duduk di lututnya sebagai tameng.