Kisah Pilu Putra Mahkota Kekaisaran Ottoman yang Hidup di Sangkar Emas

By Sysilia Tanhati, Jumat, 15 Maret 2024 | 11:00 WIB
Sebagai salah satu kekaisaran terkuat dalam sejarah manusia, Kekaisaran Ottoman menjalankan praktik dan aturan agar bisa bertahan. Salah satunya adalah mengurung para ahli waris di Istana Topkapi. Tradisi ini dikenal dengan sebutan kafes. (Gustave Boulanger/Public Domain)

Beberapa dari mereka bunuh diri. Sementara yang lain menjadi begitu terasing dari gaya hidup di luar sehingga mereka tidak mampu memerintah Kekaisaran Ottoman.

Sistem kafes bertahan lama setelahnya. Bahkan Sultan Ottoman terakhir, Mehmet VI, yang memerintah dari tahun 1918 hingga 1922, keluar dari kafes.

Dia menghabiskan waktu terlama di dalamnya dari semua Sultan - 56 tahun kurungan yang luar biasa. Sang sultan mudah dikenali dengan wajah lemah dan putus asa.

Kekaisaran Ottoman memang mempunyai situasi yang aneh dalam garis suksesinya, lebih buruk daripada istana lainnya. Seorang sultan bisa memiliki rata-rata antara 10 dan 15 anak laki-laki dan kadang-kadang lebih.

Kondisi ini jelas menunjukkan adanya masalah dalam suksesi. Kafes merupakan sistem yang efektif dalam melestarikan garis keturunan Kekaisaran Ottoman dan menghasilkan sultan.

Di sisi lain, sistem tersebut juga cukup kasar dan kejam. Laki-laki menghabiskan seluruh hidup mereka, atau setidaknya beberapa dekade, dikurung di sayap istana kecil.

Mereka berkembang secara filosofis dan artistik, atau menjadi gila dan ingin bunuh diri. Hal ini membuktikan bahwa meskipun laki-laki ini punya akses terhadap selir, kenyamanan, dan seni, mereka tidak punya kontak lebih lanjut dengan dunia di luar “kandang”.

Meski mewah, istana itu berubah menjadi sangkar emas bagi para pangeran di Kekaisaran Ottoman.