Nationalgeographic.co.id–Zaman Keemasan Islam adalah periode di mana ilmu pengetahuan, sastra, geometri, astronomi, dan bidang pengetahuan lainnya berkembang pesat dari abad kedelapan hingga ketiga belas. Kota Bagdad menjadi pusat pengetahuan terbesar di sejarah Islam kala itu.
Tanpa para sarjana pada masa ini, yang menerjemahkan karya-karya Yunani Kuno, kemungkinan besar banyak pengetahuan kuno akan hilang.
Aljabar, yang berasal dari kata Arab (al-jabr) dikembangkan pada periode tersebut. Dokter membuat kemajuan dalam diagnosis kanker dan bahkan melakukan operasi kompleks selama periode itu.
Bintang yang tak terhitung jumlahnya ditemukan dan teori astronomi juga dikembangkan oleh para sarjana selama Zaman Keemasan Islam.
Pertumbuhan budaya, ilmu pengetahuan, dan politik selama Masa Keemasan Islam terjadi di seluruh dunia Muslim. Mulai dari Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika Utara, dan hingga Spanyol.
Kota yang paling menonjol adalah Bagdad di Irak modern, tempat Rumah Kebijaksanaan atau Baitul Hikmah didirikan oleh Khalifah Abbasiyah Harun al-Rashid pada akhir abad kedelapan.
Bagdad adalah pusat pengetahuan dan kemajuan. Mulai dari kebudayaan dan perdagangan. Banyak orang dari seluruh dunia melakukan perjalanan ke sana untuk belajar dan menulis di Rumah Kebijaksanaan.
Karena Rumah Kebijaksanaan, yang mencerminkan perpustakaan besar Alexandria, dihancurkan oleh bangsa Mongol selama Pengepungan Bagdad pada tahun 1258. Hal ini membuat hampir tidak ada bukti arkeologis mengenai isi dan tata letak bangunan tersebut.
Ada beberapa perdebatan terkait Rumah Kebijaksanaan berfungsi sebagai akademi publik, tempat para intelektual dan penyair berkumpul untuk berbagi pengetahuan atau perpustakaan pribadi untuk Khalifah Abbasiyah.
Bagaimanapun, keunggulannya sebagai situs intelektual didokumentasikan dengan baik oleh tulisan kontemporer dan banyak karya ilmiah yang dihasilkan di sana.
Selama Zaman Keemasan Islam, para sarjana menerjemahkan sejumlah besar karya penting puisi, matematika, dan sains dari budaya kuno di seluruh dunia, khususnya Yunani Kuno.
Mereka fasih berbahasa Latin, Yunani kuno, Arab, dan Syria hingga memburu teks-teks terpenting dari budaya kuno di seluruh dunia dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Hal ini memungkinkan teks-teks tersebut dipelajari secara luas di seluruh dunia Islam.