Para sarjana Zaman Keemasan Islam Menerjemahkan Karya-karya Yunani Kuno
Pengetahuan ini dengan mudah menyebar ke seluruh dunia Muslim. Hal ini karena orang-orang Arab telah mempelajari seni membuat kertas dengan cepat dan efektif dari orang-orang Tiongkok, sehingga memungkinkan mereka untuk menyebarkan naskah-naskah dengan cukup cepat.
Orang-orang Eropa kemudian mempelajari teknik pembuatan kertas ini dari orang-orang Arab.
Pada saat itu, bahasa Arab adalah “lingua franca,” bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di banyak budaya, seperti bahasa Inggris saat ini.
Dengan menggunakan pengetahuan Yunani kuno, banyak cendekiawan Islam memperluas pengetahuan biologi, geometri, matematika, kedokteran, dan astronomi.
Gerakan ini ditandai dengan pencarian ilmu yang dianggap diwajibkan oleh para Khalifah Abbasiyah dalam Alquran, seperti yang tercantum dalam Hadits, atau catatan perkataan dan tindakan Nabi Muhammad.
Akan tetapi, tidaklah tepat untuk berasumsi bahwa semua orang yang ikut serta dalam Zaman Keemasan Islam adalah umat Islam.
Faktanya, banyak orang Kristen, Yahudi, dan penganut agama lain yang merupakan tokoh intelektual terkemuka pada masa itu.
Oleh karena itu, para khalifah menghabiskan sejumlah besar kekayaan mereka untuk mensponsori tidak hanya para sarjana yang melakukan penelitian tetapi juga para penerjemah yang bekerja untuk menyebarkan pengetahuan tentang budaya kuno.
Gelombang keingintahuan intelektual dan penelitian yang disponsori negara di dunia Islam ini sangat kontras dengan Eropa. Pada saat itu mereka dalam periode Abad Kegelapan, ketika tingkat melek huruf masih rendah dan teologi lebih diutamakan daripada pengetahuan dari zaman kuno.
Selama masa ini, di sebagian besar Eropa, banyak karya Aristoteles, Archimedes, dan tokoh penting Yunani kuno lainnya hilang sama sekali atau bahkan tidak diketahui.
Meskipun pencarian pengetahuan membawa para sarjana Zaman Keemasan Islam ke karya-karya Yunani kuno, teologi juga berperan.