Turhan Hatice Sultan, Tawanan yang Menjadi Penguasa Kekaisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 18 Maret 2024 | 09:00 WIB
Potret Turhan Hatice Sultan, ibu dari Mehmed IV, selir Ibrahim I. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Perebutan Kekuasaan

Untuk mengakhiri perebutan kekuasaan dengan Turhan Hatice, Kosem berencana menggulingkan Mehmed IV dan mendukung Suleyman, adik tirinya. Hal ini dikarenakan ibu Suleyman lebih mudah dikendalikan dan patuh dibandingkan Turhan Hatice yang ambisius.

Akan tetapi, rencana Kosem tidak pernah membuahkan hasil karena Turhan Hatice mengetahui rencana Kosem melalui Melek Hatun, salah satu budak Kosem.

Pada 2 September 1651, Turhan Hatice menggunakan Suleyman Agha dan para pengikutnya untuk membunuh Kosem.

“Kosem dicekik dengan tali gorden. Untuk menghapus pengaruh Kosem di istana, Turhan Hatice dan wazir agungnya harus mengeksekusi para pendukungnya,” jelas Jacks.

Hal ini menimbulkan kemarahan dan kegeraman di tengah-tengah masyarakat. Untuk meredam amarah yang berkecamuk, Turhan Hatice terpaksa melepaskan wazir agungnya.

Turhan Hatice Berkuasa

Setelah Kosem pergi, Turhan Hatice memiliki kekuatan untuk memerintah. Dia mendapatkan lebih banyak pengalaman dalam memerintah dan memperluas lingkaran penasihatnya. Beberapa di antaranya adalah orang-orang di luar istana. 

Ketika Mehmed IV menghadiri pertemuan-pertemuan penting kenegaraan, Turhan Hatice selalu mengikuti dan berada di sisinya.

Masalah utama Turhan Hatice adalah kesulitan menemukan wazir agung yang tepat dan cukup cerdas untuk mengatasi perselisihan faksi yang tumbuh subur selama masa perebutan kekuasaan Turhan Hatice.

Pada akhirnya, Jacks menjelaskan, pada tahun 1656 Turhan Hatice menunjuk Koprulu Mehmed Pasha sebagai wazir agung.

“Setelah Koprulu Mehmed Pasha menjadi wazir agung, Turhan Hatice menyerahkan sebagian besar wewenangnya sebagai bupati dan mengalihkannya kepada wazir agung,” jelas Jacks.