Turhan Hatice Sultan, Tawanan yang Menjadi Penguasa Kekaisaran Ottoman

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 18 Maret 2024 | 09:00 WIB
Potret Turhan Hatice Sultan, ibu dari Mehmed IV, selir Ibrahim I. (Public Domain/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id–Turhan Hatice Sultan adalah salah satu wanita paling berkuasa di Kekaisaran Ottoman. Dia merupakan seorang tawanan yang kemudian menjadi selir favorit Sultan Ibrahim.

Dia dikenal ambisius dan sempat terlibat perebutan kekuasaan selama tiga tahun dengan Kosem Sultan, yang akhirnya dia bunuh. Namun, ketika ia menjadi ibu suri, ia dikenal karena kesalehan dan proyek-proyek pembangunannya.

Dari Tawanan Menjadi Orang Berpengaruh

Lauralee Jacks, seorang penulis dan sejarawan Amerika, menjelaskan bahwa Turhan Hatice Sultan menjadi tawanan saat berusia dua belas tahun. Dia ditangkap di Rusia dan dikirim ke Istana Topkapi dari Khan Krimea sebagai hadiah untuk Kosem Sultan.

“Kemungkinan besar, Kosem Sultan memberikan Turhan Hatice kepada putranya, Ibrahim, sebagai selir,” kata Jacks.

Turhan Hatice melahirkan seorang putra bernama Mehmed, yang kelak menjadi Mehmed IV. Ia menjadi kesayangannya dan diberi gelar "Haseki".

Ketika Ibrahim digulingkan pada tahun 1648, putra Turhan Hatice, Mehmed IV menjadi sultan. Karena Mehmed masih berusia tujuh tahun, maka harus ada seorang bupati. Alih-alih Turhan, Kosem yang terpilih menjadi bupati. 

Alasan mengapa Turhan Hatice tidak menjadi bupati adalah karena ia tidak memiliki dukungan politik di istana.

“Kosem Sultan tidak hanya memiliki lebih banyak pengalaman dalam memerintah, tetapi ia juga mendominasi istana. Dia telah memberi para pendukungnya posisi-posisi penting di pengadilan,” kata Jacks.

Selain itu, Kosem juga mendapat dukungan oleh Korps Janissary yang memiliki pengaruh kuat di Kekaisaran Ottoman.

Dengan demikian, Turhan Hatice akan terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan Kosem yang akan berlangsung selama tiga tahun. Pada akhirnya, Turhan Hatice mendapatkan sebuah faksi di pengadilan. Ia didukung oleh kepala kasim hitam, Suleyman Agha dan wazir agung, Siyavus Pasha.

Potret Kosem Sultan. (Wikimedia)

Perebutan Kekuasaan

Untuk mengakhiri perebutan kekuasaan dengan Turhan Hatice, Kosem berencana menggulingkan Mehmed IV dan mendukung Suleyman, adik tirinya. Hal ini dikarenakan ibu Suleyman lebih mudah dikendalikan dan patuh dibandingkan Turhan Hatice yang ambisius.

Akan tetapi, rencana Kosem tidak pernah membuahkan hasil karena Turhan Hatice mengetahui rencana Kosem melalui Melek Hatun, salah satu budak Kosem.

Pada 2 September 1651, Turhan Hatice menggunakan Suleyman Agha dan para pengikutnya untuk membunuh Kosem.

“Kosem dicekik dengan tali gorden. Untuk menghapus pengaruh Kosem di istana, Turhan Hatice dan wazir agungnya harus mengeksekusi para pendukungnya,” jelas Jacks.

Hal ini menimbulkan kemarahan dan kegeraman di tengah-tengah masyarakat. Untuk meredam amarah yang berkecamuk, Turhan Hatice terpaksa melepaskan wazir agungnya.

Turhan Hatice Berkuasa

Setelah Kosem pergi, Turhan Hatice memiliki kekuatan untuk memerintah. Dia mendapatkan lebih banyak pengalaman dalam memerintah dan memperluas lingkaran penasihatnya. Beberapa di antaranya adalah orang-orang di luar istana. 

Ketika Mehmed IV menghadiri pertemuan-pertemuan penting kenegaraan, Turhan Hatice selalu mengikuti dan berada di sisinya.

Masalah utama Turhan Hatice adalah kesulitan menemukan wazir agung yang tepat dan cukup cerdas untuk mengatasi perselisihan faksi yang tumbuh subur selama masa perebutan kekuasaan Turhan Hatice.

Pada akhirnya, Jacks menjelaskan, pada tahun 1656 Turhan Hatice menunjuk Koprulu Mehmed Pasha sebagai wazir agung.

“Setelah Koprulu Mehmed Pasha menjadi wazir agung, Turhan Hatice menyerahkan sebagian besar wewenangnya sebagai bupati dan mengalihkannya kepada wazir agung,” jelas Jacks. 

Dengan demikian, pengaruh politik Turhan Hatice berkurang, tetapi peran seremonial dan filantropisnya meningkat.

Pengaruh Budaya dan Politik

Masjid Eminonu, Istanbul. (Haluk Comertel/Wikimedia Commons)

Setelah menyerahkan sebagian besar wewenangnya kepada wazir agung, Turhan Hatice terlibat dalam proyek-proyek budaya dan politik. 

Dia membangun atau memperbaiki benteng-benteng di sepanjang Bosphorus, Laut Hitam, dan Dardanelles. Turhan Hatice juga membangun sebuah masjid di Istanbul dan dua masjid yang lebih kecil di Selat Canakkale.

Salah satu kontribusinya yang paling besar adalah Masjid Baru di Eminonu. Tak hanya sebagai tempat ibadah, masjid ini juga memiliki berbagai bangunan lain seperti rumah sakit, hammam, fontain, dan pasar

Karena proyek-proyek pembangunannya, ada sebuah puisi terkenal tentang dia yang dikarang oleh Abdi Pasa. Dia memuji Turhan Hatice karena "membangun dua benteng, satu di kedua sisinya [selat] / Dia membuat negeri-negeri orang beriman aman dari musuh."

Turhan Hatice meninggal pada tahun 1683. Ia dimakamkan di "Masjid Valide Baru", yang sekarang dikenal sebagai Masjid Yeni. 

Makam Turhan Hatice menempati posisi paling menonjol di bagian depan makam. Dia dimakamkan bersama anak laki-lakinya dan keturunannya.

Meskipun Turhan Hatice mengalami awal yang sulit untuk menjadi ibu suri, hal ini menunjukkan bahwa ia telah berpengalaman dalam memerintah.

Ambisinya membuatnya melakukan beberapa tindakan pembunuhan, tetapi begitu dia naik takhta, dia menjadi dicintai oleh rakyatnya.