Pengepungan Masada: Saat Yahudi Memberontak Kekaisaran Romawi

By Hanny Nur Fadhilah, Rabu, 20 Maret 2024 | 11:00 WIB
Pengepungan Masada merupakan pemberontakan besar Yahudi melawan Kekaisaran Romawi kuno. (Public domain)

Setelah jatuhnya Yerusalem pada tahun 70 M, Masada tetap menjadi benteng terakhir perlawanan Yahudi terhadap Romawi.

Sicarii, di bawah kepemimpinan Eleazar ben Ya'ir, terus bertahan melawan Romawi, menolak untuk menyerah. 

Masada, sebuah benteng yang sangat penting dan strategis, terletak di Gurun Yudea, menghadap ke Laut Mati. 

Masada dibangun oleh Raja Herodes Agung, dirancang tidak hanya sebagai benteng militer tetapi juga sebagai istana mewah.

Benteng itu dibagi menjadi istana utara, digunakan oleh Herodes, dan istana barat untuk tamunya. 

Banyak menara yang menyediakan titik pengamatan, dan gerbang utama dijaga ketat. Benteng ini juga memiliki gudang besar, barak, dan gudang senjata, menjadikannya kota mandiri yang dapat menahan pengepungan yang berkepanjangan.

Pengepungan Dimulai

Pengepungan Masada dimulai pada akhir tahun 72 M atau awal tahun 73 M, dipimpin oleh gubernur Romawi di Yudea, Lucius Flavius ​​Silva. Silva memimpin legiun Romawi X Fretensis, bersama dengan pasukan tambahan, yang berjumlah sekitar 15.000 tentara. 

Kehidupan selama pengepungan merupakan ujian ketahanan bagi para pembela HAM. Suku Sicarii, yang berjumlah sekitar 960 pria, wanita, dan anak-anak, harus menjatah persediaan makanan dan air mereka dengan hati-hati. 

Meski dalam kondisi yang sulit, mereka terus melawan, menolak menyerah kepada Romawi.

Mereka tinggal di ruang penjara di dalam tembok benteng, dan bukti arkeologi menunjukkan bahwa mereka juga mengadakan lokakarya pembuatan tembikar, tenun kain, dan produksi makanan. 

Akhir Tragis Pengepungan Masada